Suplai Kedelai Lokal Hanya 5%

Suplai Kedelai Lokal Hanya 5%

INDRAMAYU – Setelah sempat mengalami mogok produksi, produksi tahu dan tempe di sejumlah sentra di Kabupaten Indramayu mulai normal. Kendati ada penurunan jumlah produksi, namun sejumlah pengusaha tahu dan tempe sudah kembali berproduksi setelah sempat mogok masal selama tiga hari pada awal pekan ini. Salah seorang pekerja pabrik tahu di Desa Bojongsari Kecamatan Indramayu, Karnita (39) mengatakan, produksi tahu mulai kembali dilakukan meski ada penurunan jumlah. Menurutnya, sebelum mogok masal produksi tahu per hari mencapai 2 kuintal. Namun kini hanya 1 kuintal saja. Hal itu terjadi karena harga kedelai masih cukup tinggi. “Karena harga kedelai masih tinggi kami belum berani memproduksi dalam jumlah banyak, karena dengan harga jual yang lebih tinggi takut merugi akibat penjualan menurun,” tuturnya. Ditambahkannya, produksi tahu memang masih belum sepenuhnya normal karena pengusaha masih menunggu harga kedelai di pasaran kembali normal. Saat ini harga kedelai mencapai Rp9.400 per kilogram. Harga ini diatas harga normal yang berada di bawah kisaran Rp9.000 per kilogram. Ungkapan senada disampaikan Kanto (46), pengusaha tahu lainnya. Ia mengaku mengurangi jumlah produksi tahu untuk mengurangi risiko kerugian akibat masih mahalnya harga kedelai saat ini. Jika sebelumnya per hari memproduksi 2,5 kuintal, kini hanya 1 kuintal kedelai per hari. Selain mengurangi biaya produksi, ia terpaksa menaikkan harga tahu per paketnya. Jika satu paket tahu dijual Rp21.000, kini naik menjadi Rp22.000 per paket. Satu paket tahu berisi 140 buah. Di tempat terpisah, Ketua Wahana Masyarakat Tani Nelayan (Wamti) Kabupaten Indramayu, Wawan Sugiarto STP mengatakan, saat ini kebutuhan kedelai Indramayu sebesar 700 ton per bulan belum dapat dipenuhi oleh petani lokal. Hal itu membuat sejumlah produsen terpaksa memasok kebutuhan kedelai dari daerah lain serta impor. “Memang petani lokal hanya mampu memenuhi kebutuhan kedelai sekitar 5 persen. Jadi, untuk pemenuhan kedelai masih bergantung pada impor,” ujarnya. Menurutnya, jika petani Indramayu mampu mensuplai sekitar 25 persen dari kebutuhan yang diperlukan, maka harga jual dari perajin tahu dan tempe tidak begitu tinggi. Minimnya produksi kedelai lokal ini diprediksi karena minimnya minat petani lokal untuk menanam kedelai. (oet)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: