Dualisme Keraton Kasepuhan Cirebon, SKC : Jangan Mengikuti Arus Dagelan
CIREBON – Dualisme sultan di Keraton Kasepuhan terus menuai kritik. Kali ini giliran keluarga Santana Kasultanan Cirebon (SKC) yang bersuara.
Pihak SKC menegaskan, tidak mengakui kedua sultan yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon saat ini.
Hal tersebut diungkapkan Raden Hamzahiya selaku Sekretaris Buhun keluarga Santana Kasultanan Cirebon (SKC) kepada radarcirebon.com, Senin (6/9).
\"Dari awal saya dan SKC tetap menolak sosok Raharjo, karena konsep yang ditawarkan oleh Raharjo adalah bagaimana cara dia memperbaiki keraton dengan mendudukan dirinya sebagai sultan sepuh dengan pengakuan sepihak. Semoga sosok yang seharusnya menjadi suri tauladan bagi masyarakat sadar akan polemik serta dinamika saat ini di Keraton Kasepuhan, jangan mengikuti arus dagelan,\" ungkapnya.
Menurut Raden Hamzah, Santana Kesultanan Cirebon selalu memberikan pandangan serta pemahaman kepada masyarakat jika perjuangan pelurusan sejarah peteng bukan pada persoalan tahta dan kekuasaan.
\"Melainkan bagaimana kita mempunyai konsep dimana sudah seharusnya sebagai putra keturunan itu bisa melestarikan serta merawat keraton kasepuhan sebagaimana mestinya. Proses legitimasi jumenengan yang dilakukan oleh kubu Raharjo jelaslah tidak sah baik secara pepakem maupun dukungan dari pihak internal keluarga,” ungkapnya.
“Yang saya tahu selama mempelajari sejarah di catatan kasultanan Cirebon, selama berdirinya kasultanan Cirebon hingga terpecah menjadi beberapa keraton saat ini, tidak ada satu sultan pun yang bernasab pada garis pancer ibu,\" imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: