Peserta Lelang TAIS dariJakarta Hingga Lampung

Peserta Lelang TAIS dariJakarta Hingga Lampung

KEJAKSAN– Proyek pembangunan Taman Ade Irma Suryani (TAIS) menjadi sorotan pengusaha lokal dan nasional. Tidak hanya dari Cirebon, pengusaha Bandung, Jakarta sampai Lampung, turut menyetorkan nama menjadi calon pengelola TAIS. Tak hanya TAIS, Gedung Wanita (GW) juga menjadi primadona berikutnya. Kedua aset Pemerintah Kota Cirebon itu bertahun-tahun tidak dimanfaatkan. Ketua Tim Seleksi Lelang TAIS dan GW, Drs Agus Mulyadi MSi mengatakan seluruh peserta lelang GW dan TAIS sudah melakukan uji penjelasan pekerjaan kepada pemkot. “Senin ini (16/9), sudah digelar penjelasan dari seluruh calon peserta lelang,” terangnya kepada Radar, kemarin. Tujuh calon peserta lelang GW dan lima calon pengelola TAIS, telah mendapatkan pemahaman tentang pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Agus Mulyadi menjelaskan, setiap perusahaan tidak boleh mengelola GW dan TAIS. “Satu perusahaan satu aset,” terangnya. Setelah mendapatkan penjelasan pekerjaan, para calon peserta lelang akan memasukan dokumen penawaran pada 20 September nanti. Setelah itu, hanya lima perusahaan yang akan dipilih menjadi calon peserta lelang. Bagi pengusaha yang dianggap lolos, lanjut pria berkacamata itu, dipersilakan memasuki tahapan seleksi. Di mana, panitia akan mencari perusahaan yang memenuhi syarat kualifikasi. Setidaknya, delapan syarat harus dipenuhi dari masing-masing poin. Di antara syarat dimaksud, perusahaan harus berbadan hukum, memiliki izin dan dokumen kualifikasi. Terkait keinginan wali kota yang ingin mengembangkan TAIS seperti obyek wisata Ancol (wisata laut nasional di Jakarta), tim seleksi belum dapat memastikannya. “Kita belum masuk ke tahap itu. Bisa saja menjadi Ancol mini. Sama-sama obyek utamanya laut,” tukasnya. Sementara Kabag Perlengkapan dan Aset Pemkot Cirebon, Kadini SSos, menambahkan, arah kebijakan pemanfaatan GW dan TAIS, untuk memaksimalkan fungsi manfaat aset yang dimiliki pemkot, dalam memberikan kontribusi pendapatan asli daerah (PAD). Jenis pemanfaatannya, GW berpusat sebagai tempat pertemuan, TAIS untuk obyek wisata bahari. Dengan demikian, melihat kesamaan obyek utama yang mengandalkan laut, tidak menutup kemungkinan TAIS menjadi semacam miniatur Ancol Jakarta. Namun, saat ini tahapan penyeleksian masih belum berakhir. “Baru sampai proses seleksi administrasi dan kemampuan perusahaan. Belum jauh sampai menentukan seperti apa,” ucap perempuan yang sebelumnya menjabat Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) ini. Tidak hanya itu, laporan keuangan selama tiga tahun terakhir dengan hasil audit harus disampaikan. Pasalnya, pengalaman TAIS pada 25 tahun lalu menjadi pembelajaran berharga. Di mana, pemkot tidak mendapatkan PAD dan lingkungan TAIS justru semakin tidak terawat. Karena itu, lanjutnya, pemkot melalui tim seleksi tidak bermain-main dalam menentukan pemenang pelelangan GW dan TAIS. Tidak hanya laporan yang bersifat administrasi, calon peserta lelang yang lulus, wajib memaparkan secara detail dan menyeluruh tentang rencana pengembangan GW dan TAIS di masa yang akan datang. Dalam hal ini, ujar Kadini, penawaran terbesar tidak menjadi pertimbangan utama. Terpenting, persyaratan administrasi teknis seluruhnya terpenuhi dengan baik. Ditargetkan, jika tidak ada lelang ulang, pada 10 November nanti sudah ada pemenang dan siap digarap. “GW sebagai gedung pertemuan, TAIS sebagai obyek wisata bahari,” simpulnya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: