Cegah Hoax Vaksinasi, Perkuat Protokol Kesehatan
CIREBON - Keberadaan hoax terkait vaksinasi covid-19 perlu dicegah. Selain itu, perlu ditingkatkan infrastruktur dan penerapan protokol kesehatan. Hal itu diungkapkan Akademisi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), dr Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein SpPD FINASIM FACP.
Masih soal vaksinasi, Fariz juga meminta mewaspadai euforia herd immunity dengan 70 persen masyarakat yang telah divaksin. Juga hoax seputar vaksin yang dapat memperumit percepatan vaksinasi.
Soal euforia herd immunity, Fariz meminta perlu juga diwaspadi. Sudah terjadi di beberapa negara yang sudah tercapai 70 persen vaksinasi, tetapi kasus masih ada lonjakan.
Karenanya, yang perlu dilakukan adalah vaksinasi harus digenjot semaksimal mungkin. Dengan angka setinggi mungkin. \"Tidak bisa cukup di 70 persen, harus maksimal,\" tandasnya.
Fariz menegaskan, di tengah pelandaian kasus covid-19 strategi mitigasi 3T, harus tetap masif. Di tengah momen masyarakat yang sudah kembali beraktivitas, testing secara random justru perlu dilakukan.
Bahkan bila perlu menggunakan swab antigen. Testing ini perlu dikencangkan pelaksanannya, justru pada saat sekolah dibuka, wisata dibuka. Pada kondisi ini, testing bukannya turun. Tetapi harus lebih masif.
\"Di saat krusial itulah, harus bisa menemukan orang-orang yang berisiko. Segera dilakukan treatment,\" tuturnya.
Bila ditemukan kasus, kata dia, sebisa mungkin isolasi dilakukan tidak di rumah. Tatapi ke pusat isolasi terpadu. Ini untuk menekan terjadinya penularan. Juga agar penanganan bisa lebih cepat dan tepat.
\"Kalau ekonomi mau tumbuh, harus lebih tegas terkait yang terdampak untuk segera isolasi. Tidak ada jalan lain. Sekarang justru harusnya gencar testing dan vaksin,\" tegasnya.
Pria berkacamata tersebut juga meminta pemerintah belajar dari Inggris. Saat dilakukan relaksasi, testing tetap masif. Kemudian pentingnya pelaporan diri dari masyarakat.
Testing masif ini, berusaha menangkap lebih dini mereka yang terkena covid-19. Kemudian segera dilakukan penanganan secepat mungkin.
Fariz menegaskan, kerjasama pemerintah dan masyarakat sangat penting saat ini. Di tengah pembukaan kembali aktivitas di ruang publik, semestinya infrastruktur protokol kesehatan dikuatkan.
Kesadaran masyarakat juga sangat penting. Pandemi ini, masih jauh dari selesai. Sehingga relaksasi, tidak semestinya disikapi dengan euforia seolah-olah sudah bebas.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Waled, Kabupaten Cirebon itu menambahkan, di tengah kasus yang sudah bisa dikendalikan, Fariz berpendapat, vaksin masih menjadi PR.
Dia berharap ke pemerintah menjamin ketersediaan vaksin masyarakat. Sedangkan di sisi masyarakat, adalah segera melakukan vaksinasi.
\"Sekarang itu, vaksin yang terbaik adalah yang tersedia. Jadi jangan pilih-pilih. Menunggu Moderna, Pfizer, atau Sinovac. Pokoknya, yang ada, ambil,\" tandasnya.
Kemudian, penguatan infrastruktur protokol kesehatan juga tidak kalah penting. Terutama di ruang publik. Di tengah pelonggaran yang dilakukan pemerintah seiring tren kasus yang melandai, pengetatan prokes menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan.
Sementara itu, secara keseluruhan capaian vaksinasi Jawa Barat per tanggal 24 September 2021 mencapai 21.658.726 dosis vaksin yang sudah disuntikan.
Kecepatan rata-rata harian vaksinasi juga kini menjadi yang tertinggi di Indonesia dengan 311.011 dosis per hari.
\"Jawa Barat sendiri sudah 21,6 juta dosis disuntikan. Jadi kalau pakai jumlah dosis, Jawa Barat itu paling banyak se-Indonesia, per hari ini, harian kami itu 311.000 per hari. Itu juga tertinggi se-Indonesia. Jadi saya juga agak tenang,\" kata Gubernur, Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Kang Emil berharap, Pemerintah Pusat bisa mengirim ke Jabar 15 juta dosis vaksin setiap bulannya. Sehingga target 37,9 juta warga Jabar divaksin akhir Desember 2021 bisa tercapai.
\"Pemerintah pusat tolong agar Jawa Barat dikasih 15 juta dosis per bulan. Harusnya di sisa waktu Oktober, November, Desember tugas bisa selesai asal jangan macet,\" tuturnya. (yud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: