Aktivitas Merapi Menurun
BOYOLALI - Aktivitas Gunung Merapi sudah berangsur menurun seharian kemarin (9/11). Semburan awan panas sudah tidak lagi berentetan. Begitu juga dengan gempa vulkanik mapun guguran sudah tidak berentetan. Hanya saja, gempa tremor masih terus berentetan dan gemuruh masih terdengar keras. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PV-MBG) Surono mengatakan, hasil rangkuman pengamatan terkini, erupsi Merapi masih berlangsung, namun dengan intensitas menurun. Seharian kemarin, gempa vulkanik hanya delapan kali. Sedangkan, semburan awan panas hanya 13 kali. “Berbeda sehari sebelumnya yang masih berentetan,” katanya. Dia memaparkan, pengamatan dari pos pengamatan Merapi Ketep, selalu terdengar suara gemuruh dengan intensitas lemah hingga kuat. Suara gemuruh cukup kuat terdengar pada pukul 02:08 disertai asap membumbung tinggi. Lantas pada pukul 08:03, juga terjadi semburan awan panas. “Di sela semburan awan panas itu juga teramati api dan suara guguran lava,” jelas Surono. Pada pukul 05:00, menurutnya, juga teramati kolom asap setinggi 1.500 meter. Semburan awan panas itu terbawa arah angin dari timur ke barat. Hujan abu vulkanik masih terjadi di wilayah Selo sebelah barat sejak pukul 09.00 hingga 10.30. Selain pengamatan visual dan seismic, PV-MBG juga mengamati dari rekaman CCTV. Tampak pada rekaman itu guguran lava mengarah ke Kali Gendol terjadi sebanyak dua kali dengan jarak luncur maksimum 800 meter. Pukul 14.04 terasa gempa tektonik 5,6 SR dengan pusat gempa di 94 kilometer barat daya Jogjakarta. Meski aktivitas Merapi menurun, namun status awas level 4 belum dicabut. Sebab, semakin bertambahnya material erupsi di sepanjang alur sungai yang berhulu dari puncak Merapi, bisa berpotensi terjadi banjir lahar di seluruh sungai tersebut. “Status masih tetap awas,” tandas dia. Terkait gempa dengan kekuatan 5,6 SR yang mengguncang Jogjakarta tidak ada kaitannya dengan aktivitas Merapi. Gempa itu merupakan gempa tektonik. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Stunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Moch Riyadi. “Ini gempa tektonik. Tidak ada hubungannya dengan Merapi,” jelasnya. Dia mengungkapkan, gempa berada di titik koordinat 8,98 LS - 110,08 BT. Gempa ini berada di 125 kilometer barat daya Bantul. Lantas pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer di dasar laut. “Kami belum mendapat informasi getaran ini dirasakan di mana saja,” kata dia. ANGGARAN HABIS Gelombang pengungsi yang cukup besar di Kabupaten Magelang benar-benar membuat pemerintah setempat kewalahan. Apalagi, anggaran yang tersedia sudah habis untuk memenuhi kebutuhan 90 ribu pengungsi. “Uang Pemda dan uang bantuan sudah habis, dan hanya cukup untuk satu hari ini,” kata Kepala Badan Kesatuan bangsa Politik dan Penanggulangan Bencana (Kesbangpol dan PB) Kabupaten Magelang, Eko Triyono di posko induk penanggulangan bencana Merapi di Rumah Dinas Bupati, kemarin (9/11). Dengan demikian, pemkab sudah mengeluarkan anggaran sebeasr Rp3,6 miliar selama kurang dari satu bulan terakhir untuk kebutuhan pengungsi. Jumlah itu, berasal dari dana tanggap darurat sebesar Rp1,1 miliar, bantuan sosial Rp500 juta dan Rp2 miliar dari pemerintah provinsi Jawa Tengah. “Awalnya Pemkab berasumsi dengan jumlah pengungsi bencana Merapi sebanyak 39.000 orang, dana yang dimiliki akan bisa digunakan untuk bertahan lama. Dengan jumlah pengungsi tersebut, kebutuhan logistik lauk-pauk sebesar Rp180 juta per hari,” kata Eko. Namun, lanjutnya, ternyata jumlah pengungsi membludag hingga mencapai di atas angka 90.000 orang. Hal ini meyebabkan kebutuhan dana untuk logistik bertambah menjadi Rp400 juta per hari. Padahal, dana bencana tersebut, katanya hanya digunakan untuk lauk-pauk. Diluar kebutuhan itu, seperti sanitasi pengungsian, dropping air bersih, hingga evakuasi pengungsi tidak dianggarkan. Selain itu, pihaknya juga hanya bisa mencukupi kebutuhan pengungsi yang ada di wilayah Kabupaten Magelang. Padahal, sejumlah pengungsi sudah berada di luar wilayahnya seperti Kota Magelang, Purworejo Temanggung hingga Kulonprogo DIY. Sedianya, ia mengatakan wilayah Kabupaten Magelang masih cukup untuk menampung pengungsi dengan menggunakan gedung, balai desa, sekolah dan lainnya. “Tapi, mungkin ada yang merasa lebih yakin aman di sana,” katanya. Hal ini, dianggapnya tidak masalah, karena bencana tidak mengenal batas geografis. Meski demikian, pihaknya pernah mencoba menjemput pengungsi tersebut, namun mendapatkan jawaban dari pemimpin daerah setempat bahwa mereka tidak masalah dengan menampung pengungsi Merapi. (vie)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: