Mahasiswa-Santri Pulang Kampung

Mahasiswa-Santri Pulang Kampung

Pilih Aman, Sempat Shock Lihat Amukan Gunung Merapi WIDASARI – Sejumlah mahasiswa, pelajar, dan santri asal Kabupaten Indramayu yang menempuh pendidikan di Yogyakarta, terpaksa memilih pulang kampung untuk sementara waktu. Hal itu dilakukan guna menghindari malapetaka akibat letusan Gunung Merapi yang hingga saat ini masih terus mengeluarkan erupsi dan menelan korban jiwa. Alfi Syahrin misalnya. Remaja 16 tahun asal Blok Menyos RT02/04 Desa Ujung Jaya, Kecamatan Widasari ini sempat shock terguncang jiwanya saat melihat langsung peristiwa tersebut. Letusan Gunung Merapi yang memuntahkan lahar panas mengakibatkan dirinya harus berupaya mencari tempat berlindung yang aman. Menurut siswa kelas XI Madrasah Aliyah (MA) sekaligus santri di Pesantren Sunan Pandaran ini, tempatnya menggali ilmu berada di jalan Kaliurang KM 12,5 atau berada di Kecamatan Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta. “Saat letusan pertama 26 Oktober lalu, pas saya bangun tidur dan mau salat subuh sudah banyak abu dan muncul hawa panas,” tutur putra pasangan suami isteri Sohib Ubaidi dan Umidah ini saat ditemui Radar, kemarin di rumahnya. Di tempatnya belajar yang berjarak sekitar 24 kilometer dari puncak Gunung Merapi tersebut, dampak letusan sangat terasa. Bahkan, sekali waktu terjadi pula hujan kerikil. “Awalnya sih aman-aman saja. Saya masih tetap sekolah meski harus mengenakan masker,” kata dia. Beberapa hari kemudian, ketika Merapi kembali murka, pihak sekolah dan pesantren terpaksa meliburkan siswa dan santrinya. Sebab fenomena alam yang semakin menjadi tersebut terus mengancam keselamatan dengan radius aman yang terus bertambah. Bahkan, diakuinya ketika letusan yang terjadi malam hari, dirinya bersama santri lainnya melihat jelas lahar panas yang menyala menuruni lereng gunung.  Pemandangan mengerikan itu dilihatnya dari lantai paling atas ponpes. “Kamis malam sekitar jam 12.00 kembali terjadi letusan. Karena situasi sudah sangat membahayakan, keesokan harinya siswa dan santri diliburkan sampai batas waktu yang belum ditentukan,” jelasnya. Tidak lama setelah kejadian itu, puluhan siswa, santri, dan mahasiswa dievakuasi ke sebuah stasiun dan diimbau untuk tetap berada pada jarak aman. “Waktu itu ada yang dari Jakarta dan Cirebon. Setelah mengumpulkan sisa simpanan uang jajan, kami lalu sama-sama pulang naik kereta api. Semuanya hampir satu gerbong rombongan asal Indramayu dan Cirebon,” ungkap Alfi. Hal serupa juga dialami Achmad Khoirul Anam. Mahasiswa Fisipol semester 7 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini, juga memilih pulang kampung untuk sementara waktu. Sehingga, kata remaja asal Blok Menyos Desa Ujung Jaya, Kecamatan Widasari ini, ancaman bahaya Merapi dapat dihindari. Sementara itu, Anisatul Mubayinah juga merasakan dahsyatnya letusan Merapi. Padahal, lokasi kos mahasiswi semester akhir Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini berada pada radius yang sangat aman. “Meski masuk radius aman, namun debu dari letusannya sampai ke tempat saya ngekos. Kebetulan lagi menunggu waktu sidang skripsi, jadi saya pilih pulang dulu saja,” ucapnya. Sedangkan mahasiswa lain yang masih berada di Yogyakarta dan berhasil dihubungi via telepon genggamnya, mengaku memilih tidak pulang kampung tapi mengamankan diri ke suatu tempat yang jaraknya benar-benar aman. Roni Tabroni, mahasiswa S2 Fakultas Sastra Arab Universitas Gajah Mada (UGM) ini, masih berada di kediaman rekannya di sekitar Yogyakarta. “Lagi banyak tugas kuliah nih. Kalau tempat kos sudah kena hujan debu, tapi terpaksa bertahan karena harus menyelesaikan tugas,” terang dia saat dihubungi koran ini. Sedangkan orang tua dari mahasiswa, pelajar, maupun santri mengaku sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya yang bersikukuh tidak memilih pulang kampung. Salah satunya dirasakan orang tua Roni Tabroni, Sobari (50). “Dalam kondisi seperti itu, sebagai orang tua pasti khawatir keselamatan anaknya. Mudah-mudahan saja musibah Gunung Merapi segera berakhir,” tukas pemilik kios koran di Jatibarang ini. (tar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: