Petani Tebu Harus Sejahtera

Petani Tebu Harus Sejahtera

CIREBON - Petani tebu harus sejahtrera. Salah satunya dengan tetap menjaga harga gula di atas angka Rp10.500 per kilogram. Hal ini terungkap saat Musda V DPD Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Jawa Barat di Hotel Santika Kota Cirebon, Kamis (16/12). 

Ketua Umum APTRI Pusat, Sumitro Samadikun menjelaskan, kondisi petani tebu saat ini membutuhkan perhatian pemerintah. Yaitu soal jaminan ketersediaan pupuk. Selama ini, pupuk susah. Dirinya meminta  tolong kepada pemerintah untuk mencari solusi bagaimana caranya agar petani tebu dapat pupuk. Begitu tentang rendemen tebu, pemerintah juga harus memperhatikan. Setidaknya harganya menguntungkan bagi petani tebu. “Mohon diperhatikan pemerintah, karena itu berkaitan dengan pendapatan petani tebu,” tegasnya.

Sumitro berharap kepada petani untuk menggunakan bibit tebu yang bagus. Kalau bibit jelek, pupuk tidak terpenuhi, dan harga gula murah, kesejahteraan petani turun. “Mohon perhatian pemerintah, setidaknya permintaan petani ada yang dituruti,” harapnya.

Dirinya mengusulkan pengadaan pupuk bisa lewat pemerintah daerah. Mantan kepala desa di Jawa Timur ini membeberkan, tahun 2020, produksi gula lokal 2,2 juta ton, impor gula dan white sugar antara 700-800 ribu ton. Kemudian, tahun 2021, produksi gula 2,4 ton, impor gula 930 ribu ton ditambah impor white sugar sekitar 300 ribu ton. Malah ada yang minta impor gula ditambah hingga 1,2 juta ton. Kondisi ini memprhatinkan petani tebu.

“Dulu petani tebu bisa mengkuliahkan anak-anaknya. Nah sekarang, petani ingin menyekolahkan cucunya, itu susah,” tegasnya. Dirinya berharap kondisi petani tebu bisa menjadi renungan bersama. Minimal, siapa pun yang terpilih, pengurus APTRI Jabar mohon melaksanakan tugas terbaiknya.

Direktur PG Rajawali II, Adrian Widjanarko menjelaskan, pabrik gula ingin maju dan sejahtera petaninya. “Saya awalnya 2017 diamanahkan di PT PG Candi Baru. Tahun 2021 menjadi direktur PT PG Rajawali II. Begitu kami di sini, yang saya cari APTRI, karena selama ini menjadi mitra kita semua. Sekarang di sini seperti keluarga sendiri dan sudah menyatu,” ujarnya.

Adrian menegaskan, kalau ada keluhan sampai ke direksi, berarti ada yang belum selesai di pabrik gula. Maka dari itu, pabrik gula mesti responsif terhadap keluhan dari petani tebu. Terkait masalah harga gula di tahun 2021, sesuai prediksi awal, sempat di atas Rp10.500 per kilo. Setelah itu menukik, di bawah Rp10.500. Namun demikian, RNI dan PTP berkomitmen menjaga harga gula di atas Rp10.500. “Kita komitmen menjaga harga, sehingga tidak ada petani yang menikmati harga di bawah Rp10.500. Persoalan pupuk menjadi kunci. Sebelum-sebelumnya dihadapkan keterlambatan. Alhamdulillah pupuk mau kapan pun siap,” tegasnya.

PG Sindang Laut yang saat ini tutup, bisa saja dibuka lagi. Tapi kalau ingin beroperasi, maka tebunya harus ada. Kalau ada, kapan pun pihaknya siap kolaborasi. Untuk itu, dirinya mengajak bersama-sama meningkatkan kualitas tebu. Begitu juga pupuk, herbisida, PG rajawali siap menyuport.

Plt Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Dudung Ahmad Suganda mengatakan, dulu zaman pengembangan tebu, sering datang ke koperasi minimal dua kali setahun, mendampingi auditor. “Kami fasilitasi Pemprov Jabar untuk kesejahteraan petani. Keberadaan APTRI jadi wadah perjuangan tebu rakyat dalam menghadapi persoalan,” terangnya. (abd/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: