Avtur Eceran
Untuk keperluan besok. Berapa pesawat yang akan terbang disesuaikan dengan berapa uang untuk BBM eceran hari itu.
Itu mirip cara percetakan menyikapi utang penerbit surat kabar. Penerbit tidak tiap hari membayar ongkos cetak. Tunggu tagihan satu bulan.
Kalau pun belum bisa bayar koran harus tetap terbit setiap hari. Utang ke percetakan pun menumpuk. Kian sulit ditagih. Pun ketika sampai tak tertahankan lagi.
Percetakan pun mengancam: menghentikan cetak. Yang diancam cuek: bisa pindah ke percetakan lain. Utang lebih sulit lagi ditagih.
Biasanya percetakan lantas menetapkan cara keras: koran edisi hari itu baru bisa dicetak kalau sudah ada pembayaran untuk hari itu. Yang harga cetaknya sudah sedikit dinaikkan. Biasanya ditambah cicilan utang lama, semampunya.
Koran yang diperlakukan keras seperti itu bisa lebih berhasil. Manajemennya terpaksa kerja keras: cari uang lebih banyak. Terpaksa pula lebih berhemat. Saya pernah mengalaminya seperti itu. Sering.
Maka Pertamina sudah benar kalau meniru gaya percetakan seperti itu.
Apakah untuk BBM eceran ini Pertamina mengenakan harga sedikit lebih tinggi ke Garuda? Apakah juga mengharuskan Garuda mencicil utang lama biar pun ala kadarnya?
Tak disangka perusahaan sebesar Pertamina kini harus ikut cara percetakan kecil. Apa boleh buat. Memang harus begitu —mestinya sejak dulu-dulu. Cara itu justru akan bisa memaksa Garuda lebih sehat —kalau saja tidak terlambat.
Maka sebenarnya Pertamina memang bisa \'membantu\' menyehatkan Garuda secara tidak langsung. Dengan cara Pertamina bersikap keras seperti itu. Sejak dulu. Agar Garuda bisa sehat. Terpaksa sehat. Dan lagi, Pertamina pun tidak sampai punya tagihan segajah itu.
Dalam kasus percetakan kecil, utang itu bisa menumpuk karena ini: percetakan itu dan koran itu berada dalam satu grup. Setiap kali manajemen percetakan berlaku keras, manajemen koran mengadu ke big boss di grup itu.
Sang bos biasanya membela manajemen koran. Setiap kali percetakan mengancam —tidak mau mencetak— selalu ditelepon sang bos: harus tetap dicetak.
Dalam hal koran seperti itu yang harus bertanggung jawab jelas: si bos itu sendiri. Yang tak lain juga pemegang saham di percetakan itu.
Di akhir tahun, saya sering mengaku salah: utang ke percetakan itu besar karena salah saya. Saya pun ikut rugi: tidak terima dividen. Manajemen koran itu sendiri harus bertanggung jawab: diberhentikan.
Saya pun mikir: siapa ya yang selalu telepon ke Pertamina agar tetap melayani permintaan BBM Garuda? Masak sih Pertamina tidak pernah mengancam Garuda?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: