Tuntut Kepala Sekolah Mundur
KUNINGAN - Tak tahan dengan perilaku kepala sekolahnya yang dianggap kelewat batas, ratusan siswa SMA Negeri 1 Jalaksana menggelar aksi unjuk rasa di lapangan upacara sekolah tersebut, kemarin (7/10). Tuntutan calon penerus bangsa itu terkesan garang, yakni menuntut sang Kepala Sekolah Drs H Tarso MPd untuk segera mundur dari jabatannya, karena tindakan kekerasan yang kerap dilakukannya. Untuk mengamankan aksi demonstrasi yang dilakukan para pelajar, petugas dari Polsek dan Koramil Jalaksana berada di lokasi unjuk rasa. Para siswa tersebut menggelar aksinya di lapangan upacara sekolah pada saat seharusnya jam pelajaran berlangsung. Awalnya mereka berkumpul untuk pemilihan ketua OSIS. Kesempatan itu digunakan para pelajar yang mengaku tidak tahan lagi dengan sikap kepala sekolahnya. Akhirnya mereka berkumpul di tengah lapangan sambil membentangkan poster bertuliskan protes dan sindiran atas kelakuan kepala sekolah yang arogan dan tidak mencerminkan seorang pendidik. Para siswa juga mempertanyakan sejumlah pungutan yang kerap dibebankan kepada siswa, namun tak ada transparansi penggunaan uang tersebut. \"Kekerasan yang dilakukan kepala sekolah kami tidak hanya sekali, namun terjadi hingga beberapa kali dialami sejumlah siswa. Padahal hanya karena kesalahan yang sepele. Yang terbaru ada pungutan Rp20 ribu untuk kurban. Bagaiamana mungkin kurban dilakukan dengan cara patungan siswa yang jumlahnya hampir seribu orang,\" teriak Ketua OSIS SMAN 1 Jalaksana Andri Septiansyah yang menjadi orator unjuk rasa. Teriakan Andi langsung disambut tepuk tangan para pelajar. Umumnya, mereka mengaku sudah kadung kesal terhadap perilaku kepala sekolahnya yang dianggap ringan tangan. Ditambah lagi soal pungutan yang lebih mementingkan pembangunan fisik ketimbang peningkatan kualitas pendidikan. “Karena itu, kami menuntut agar kepala sekolah mengundurkan diri, sebab sudah terlalu banyak pelanggaran yang dibuatnya. Jika tidak mundur, kami akan menggelar unjuk rasa ke Dinas Pendidikan,” tegas dia. Menurut Andri, tindakan kekerasan yang dilakukan seorang kepala sekolah terhadap siswanya adalah perbuatan yang tidak perlu terjadi sekalipun, karena melakukan pelanggaran berat. Jika memang dianggap telah melanggar tata tertib sekolah, telah ada aturan dan sanksi yang bisa diterapkan terhadap siswa tersebut mulai dari teguran lisan yang dilanjutkan pemanggilan terhadap orang tua hingga dikeluarkan dari sekolah apabila melakukan pelanggaran berat. Salah satu korban kekerasan yang diduga dilakukan Tarso yakni Agin. Dia mengaku, rambutnya dijambak sangat keras oleh sang kepala sekolah hingga membentur pintu hanya karena rambutnya telah panjang dan belum sempat dipangkas. \"Saya pernah dijambak hingga kepala membentur pintu, hanya karena rambut saya sedikit gondrong. Beberapa teman yang lain mengalami kekerasan mulai dari dipukul, dicubit dan kekerasan lain hanya karena masalah sepele seperti berada di luar kelas pada saat pelajaran kosong,” terangnya dibenarkan sejumlah pelajar perempuan yang berada di barisan belakang peserta unjuk rasa. Para siswa mengancam akan terus dilakukan setiap hari dan mogok belajar hingga sang kepala sekolah dipindahkan. Para siswa juga berencana akan mendesak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan untuk segera merealisasikan tuntutan mereka. “Aksi ini akan terus kami lakukan sampai kepala sekolah mengundurkan dari dari jabatannya, dan diganti yang baru. Kami juga mendesak Dinas Pendidikan untuk segera memenuhi permintaan kami,” paparnya. Sayangnya, Kepala SMAN 1 Jalaksana Drs H Tarso MPd tidak berada di sekolahnya saat aksi demonstrasi anak didiknya berlangsung. Berdasarkan keterangan Wakasek Bidang Kesiswaan Udung Rahadi, atasannya itu mengalami kecelakaan lalu lintas sepulangnya menengok cucunya di Jakarta. “Pak Kasek tidak ada di sini bukannya enggan bertemu siswa, melainkan yang bersangkuatan sedang berobat ke dokter akibat kecelakaan lalin yang dialaminya di Tol Cikampek, Minggu dini hari lalu,” terang Udung. Namun Udung membenarkan jika kepala sekolah yang kini menjabat memang kerap bersikap keras terhadap beberapa siswa. Namun hal tersebut sebagai bentuk tindakan tegas dan konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan. \"Kami melihat kinerja Pak Tarso sangat baik dan sangat disiplin. Kalaupun terjadi tindakan kekerasan terhadap siswa, saya melihatnya masih tergolong wajar sebagai bentuk konsekuensi terhadap siswa tersebut, karena melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah,\" kata Udung. Terkait tuntutan siswa yang menginginkan agar kepala sekolah Tarso mundur dari jabatannya, Udung mengaku, tak bisa berkomentar dan menyerahkan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan. Dalam kesempatan itu, Udung juga mensinyalir jika aksi unjuk rasa para siswa diprovokasi oleh seorang guru di sekolah itu. “Pak Mamat itu sebelumnya menjabat sebagai Wakasek Bidang Peningkatan Mutu, namun kemudian tidak dipakai lagi. Mungkin dari situ dia (Mamat, red) kecewa,” duga Udun. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: