Bupati Indramayu Kecewa, Data Penjualan Beras BWI Tidak Jelas
INSPEKSI mendadak (sidak) dilakukan Bupati Nina Agustina terhadap Rice Center yang dikelola oleh PD Bumi Wiralodra Indramayu (BWI), Senin (27/12). Ternyata tidak hanya angka produksi, ditemukan pula data pemasaran yang tidak jelas.
Di lokasi sidak, bupati tidak hanya melihat aktivitas pekerja dan mesin yang dioperasikan. Pada kesempatan itu bupati meminta keterangan dari pekerja terkait data perusahaan dalam memproduksi beras. Termasuk angka produksi dalam setiap hari. Juga data daerah yang menjadi sasaran pemasarannya selain memasarkan di wilayah Kabupaten Indramayu.
Saat itu, pekerja yang sejak awal kedatangan bupati sudah terkejut menjadi semakin panik. “Ini kemana saja kirimnya? datanya mana? selain Depok kemana?,\" tanya bupati yang menimbulkan kebingungan pekerja Rice Centre PD BWI untuk menjawabnya.
Menurut bupati, jika memang perusahaan menyuplai beras keluar wilayah Indramayu, maka perlu adanya data yang pasti dan jelas sebagai upaya transparansi perusahaan. Sehingga ketika itu pekerjanya diharuskan menunjukan data yang diminta tersebut. “Kalau memang ini beras dikirim kemana-mana, Saya tunggu datanya atau surat jalannya, ekspedisinya,” tegasnya.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, seorang pekerja berusaha mengambil berkas dan menunjukkan lagi kepada bupati. Sayangnya data yang diperlihatkan masih salah. Atas hal itu bupati masih memberikan kesempatan kepada pihak Rice Center PD BWI untuk menunjukan data yang jelas dan lebih konkret.
Seperti diketahui, Rice Centre PD BWI yang berlokasi di wilayah Kecamatan Losarang merupakan BUMD yang memproduksi beras. Sehingga keberadaannya dituntut untuk produktif dan transparan dalam membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Indramayu.
Sementara itu, pada September 2017 lalu Bank Indonesia (BI) melakukan penguatan Sistem Resi Gudang (SRG) di Rice Center yang dikelola oleh PD BWI sebagai upaya konsentrasi untuk mengendalikan inflasi di daerah. Langkah ini dilakukan pada stabilisasi harga beras di Kabupaten Indramayu yang dianggap berpotensi tinggi dan optimis dapat diwujudkan.
Saat itu, Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, keberadaan SRG sangat penting dalam menjaga persediaan komoditas, terutama beras. Karena jika stok beras terjaga, maka inflasi bisa dijaga dan dikendalikan. Untuk itu, BI akan terus melakukan penguatan SRG sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi daerah. Dan dipilihnya beras dikarenakan menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Jawa Barat. Namun SRG di Kabupaten Indramayu mengalami mati suri sejak 4 tahun lalu.
Ketika itu disampaikan pula, dari 14 lebih resi gudang di Jawa Barat, hanya ada sedikit saja yang mampu beroperasi secara optimal. Sehingga kedepan akan dibentuk suatu tim teknis untuk merealisasikan SRG yang potensinya sangat tinggi, khususnya di Kabupaten Indramayu. (tar)
BACA JUGA:
· Vaksinasi Anak di Kota Cirebon, Target 31.408, Selesai Februari
· Di Rest Area Tol Palikanci Ada Pemeriksaan Kartu Vaksin dan Rapid Test Antigen, Ini Hasilnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: