Tuntut Pemilukada Satu Putaran

Tuntut Pemilukada Satu Putaran

CIREBON – Setelah rekapitulasi hasil perhitungan suara pemilukada yang berasal dari PPK se-Kabupaten Cirebon selesai dilakukan, aparat keamanan gabungan langsung menutup rapat-rapat pintu gerbang Asrama Haji Watubelah, Sumber. Pasalnya, ratusan massa yang mengaku masyarakat dan simpatisan Jago-Jadi berunjuk rasa meminta pelaksanaan pemilukada dilakukan satu putaran saja. Di hadapan aparat keamanan yang menjaga pintu gerbang tersebut, mereka meminta bertemu dengan Ketua KPU Kabupaten Cirebon Iding Wahidin untuk menjelaskan proses rekapitulasi berikut hasilnya. Kemudian, salah satu aparat kepolisian mencoba membacakan hasil akhir rekapitulasi dengan menyebutkan persentasenya. Masih tidak puas, massa pun terus menuntut kepada aparat kepolisian untuk mengundang ketua KPU. “Pemilukada ini tidak perlu dua putaran, cukup satu putaran saja. Sebab, banyak uang rakyat yang tersedot untuk pelaksanaan pemilukada putaran kedua nanti,” teriak salah seorang massa. “Harusnya, siapa yang menang adalah pasangan yang memiliki suara terbanyak. Mengapa harus ada dua putaran?” teriak massa yang lain. Melihat massa yang semakin panas, aparat keamanan mengundang calon Bupati Cirebon H Sunjaya Purwadi yang kebetulan ada di dalam gedung Asrama Haji, Watubelah untuk menenangkan massa. Dengan menaiki pagar, Sunjaya menyampaikan kepada massa untuk tetap tenang dan menahan diri. Apapun hasil perhitungan dari KPU, harus diterima dan Jago-Jadi siap untuk bertarung pada putaran kedua. Walapun demikian, tim pemenangan Jago-jadi akan tetap mengupayakan untuk menang dalam satu putaran, karena banyak teridikasi banyak kecurangan-kecurangan yang mengakibatkan meyusutnya suara Jago-Jadi. “Apapun hasilnya, Jago-Jadi tetap pemenangnya, saya minta kepada semua untuk pulang dan berdoa semoga pemilukada ini satu putaran. Karena, tim akan menyiapkan langkah hukum untuk diajukan ke MK,” ucapnya dihadapan massa. Walau sudah diberi arahan, massa tetap enggan bubar dan tetap bertahan untuk bertemu dengan KPUD guna meminta pelaksanaan pemilukada hanya satu putaran saja. Selang beberapa menit, akhirnya massa pun membubarkan diri. Kepada sejumlah awak media, pihaknya akan tetap menghormati keputusan KPU yang akhirnya akan melakukan pemilihan dua putaran, sesuai dengan ketentuan undang-undang. Tapi pemahaman masyarakat awam, siapa mendapatkan suara terbanyak adalah dialah yang menang. “Saya kira apa yang disampaikan masyarakat wajar, sehingga kita perlu kita sama-sama maklumi. Terpenting adalah tidak melakukan tindakan anarkis,” terangnya. Ia pun melarang kepada massa pendukungnya untuk melakukan tindakan anarkis atau tindakan yang bisa merugikan banyak pihak. “Kita tetap kedepankan aturan hukum. Pemilukada ini, ditentukan dua putaran, walaupun dari hasil rekap C1 kita sudah melampaui 30 persen. Tapi kenyataannya, harus dua putaran, saya sebagai calon terima keputusan itu, sebab satu atau dua putaran pemenangnya adalah Jago-Jadi,” tegasnya. Belum puas berunjuk rasa di Asrama Haji, diinformasikan massa beralih menuju kantor KPUD Kabupaten Cirebon. Hal ini membuat sejumlah aparat keamanan dari satuan Dalmas Polres Cirebon dan Brimob Detasemen C Polda Jabar bergerak cepat menuju kantor KPUD tersebut. Sesampainya di kantor KPUD, polisi langsung membuat pagar betis mengamankan kantor tersebut, sambil menyiapkan senjata water canon guna mengantisipasi gerakan massa. Melihat sudah banyak polisi di sekitaran kantor KPUD, massa hanya terkonsentrasi di depan kediaman dinas H Tasiya Soemadi. Kepada di depan massa, pihaknya meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak bertindak anarkis. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang begitu antusias dalam pemillukada ini, wajar jika menginginkan satu putaran saja, karena ingin segera memiliki pemimpin yang baru. “Sudah banyak anggaran APBD yang tersedot untuk pemilukada ini, mereka ingin segera ada pembangunan,” ucapnya. Selain itu, atas nama Ketua DPC PDI Perjuangan ia pun mengucapkan permintaan maaf atas sikap masyarakat dan pendukungnya yang sudah melakukan unjuk rasa di Asrama Haji Watubelah dan berlanjut di sekitaran kantor KPUD. “Kepada aparat kepolisian dan KPUD kami minta maaf karena telah buat repot. Tapi, dalam kehidupan demokrasi, hal tersebut adalah wajar, itu adalah luapan emosi masyarakat,” ungkapnya. Terkait insiden kecil di kantor KPUD, Gotas sudah menyerukan agar pendukungnya menahan diri. Bahkan, ia pun mengaku yang memerintahkan kepada massa untuk membubarkan diri. “Kami tidak ingin terjadi anarkis, demi kepentingan bersama,” pungkasnya. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: