Kekhawatiran Omicron Menurun, Rupiah ‘Tancap Gas’ Lagi

Kekhawatiran Omicron Menurun, Rupiah ‘Tancap Gas’ Lagi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat di pekan pertama tahun 2022. Salah satu faktor pendorongnya adalah pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa varian omicron Covid-19 tidak berakibat fatal.

Mengutip data Bloomberg, Jumat, 7 Januari 2022 pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.350 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 41 poin atau 0,28 persen dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin yang berada di level Rp14.391 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.360 per dolar AS sore ini. Angkanya menguat dari posisi kemarin yang sebesar Rp14.396 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah hari ini menguat justru pada saat bersamaan indeks dolar AS menguat.

“Dolar AS menguat karena klaim tunjangan pengangguran AS mencatat kenaikan,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat sore.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis, 6 Januari 2022 kemarin menyatakan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara meningkat 7.000 menjadi 207.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 1 Januari 2022. Sementara pada minggu sebelumnya, klaim turun menjadi 200.000.

Pengajuan tunjangan pengangguran biasanya memang meningkat selama musim liburan. Namun situasi kekurangan pekerja yang akut, telah mengganggu pola musiman tersebut.

“Sebaliknya, rupiah juga menguat karena terdorong pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa varian omicron Covid-19 tidak berakibat fatal meski tidak dapat dianggap ringan,” ucap Ibrahim.

WHO menyebut varian Omicron tapaknya menimbulkan gejala ringan meski lebih mudah menular.

Hal tersebut disampaikan Pimpinan Manajemen Klinis WHO Janet Diaz berdasarkan studi awal yang ia paparkan di markas WHO di Jenewa, Swiss, Kamis, 6 Januari 2022 kemarin.

Berdasarkan studi awal, Diaz menuturkan bahwa risiko rawat inap dari pasien varian Omicron cenderung menurun. Tampaknya, juga ada penurunan risiko keparahan gejala pada orang yang lebih muda maupun lebih tua sebagaimana dilansir Reuters.

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa meski menimbulkan gejala yang lebih ringan, varian Omicron tidak boleh dianggap remeh.

“Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, itu tidak berarti harus diremehkan,” kata Tedros di Jenewa. (fin)

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: