Keluhkan Sistem Unggulan Playoff

Keluhkan Sistem Unggulan Playoff

PARIS - Sebelum laga pemungkas kualifikasi zona Eropa dini hari tadi WIB (16/10), Prancis sudah pasrah tak akan mampu finis teratas di Grup I dan merebut tiket lolos otomatis. Les Bleus -sebutan Prancis- pun menatap peluang lolos melalui jalur alternatif alias playoff. Tapi, playoff pun bisa tak bersahabat bagi Prancis mengacu sistem penetapan unggulan. Sebagaimana kebijakan FIFA, unggulan mengacu ranking dunia yang dirilis per 17 Oktober 2013. Nah, seiring saat ini masih menempati ranking ke-25, Prancis terancam tidak menjadi unggulan dalam drawing pada 21 Oktober nanti di Zurich. Situasi itu memungkinkan Prancis, seandainya menjalani playoff, bersua salah satu dari Swedia, Yunani/Bosnia-Herzegovina, Portugal/Rusia, maupun Kroasia. Itu adalah tim-tim yang memungkinkan finis runner-up sekaligus menempati ranking dunia di atas Prancis. Sistem unggulan itu pun tak pelak menuai kritik dari FFF (Federasi Sepak Bola Prancis). Presiden FFF Noel Le Graet menilai, sistem tersebut tidak adil menilik Prancis menempati grup kualifikasi yang terdiri dari lima kontestan. Di sisi lain, delapan grup lainnya ditempati enam kontestan. FIFA telah memutuskan untuk grup dengan enam kontestan, poin melawan tim peringkat terbawah tidak diperhitungkan. Tapi, Le Graet menilai itu tetap tidak fair. \"Kami akan mengontak FIFA karena kami merasa ada sedikit ketidakadilan untuk kami. Biar bagaimanapun, rival-rival kami dari grup lainnya memiliki kesempatan lebih besar untuk meraih poin,\" ungkapnya seperti dilansir stasiun radio RMC. Pernyataan Le Graet juga mengacu pengalaman pada playoff zona Eropa di Piala Dunia 2010. Kala itu, Norwegia gagal masuk delapan runner-up terbaik karena merasa tidak beruntung menempati grup kualifikasi yang berisi hanya lima kontestan. Perlu diketahui, playoff kala itu juga diikuti Prancis seiring mengakhiri kualifiksi di bawah Serbia. Les Bleus beruntung karena menempati unggulan utama sehingga hanya menghadapi Irlandia. Meski begitu, Prancis dibuat kerepotan. Prancis yang menang 1-0 dalam leg pertama di Dublin ternyata kalah 0-1 di kandang sendiri setelah 90 menit. Laga pun berlanjut ke babak tambahan waktu. Prancis akhirnya mencetak gol kemenangan melalui William Gallas pada menit ke-103. Gol Gallas sarat kontroversi karena didahului handsball Thierry Henry saat menyambut free kick Florent Malouda. Dari rekaman video, Henry bahkan terkesan memegang lalu mendorong bola yang nyaris out tersebut. Banyak sindiran yang menyebut ulah Henry menyamai Gol Tangan Tuhan dari legenda Argentina Diego Maradona di perempat final Piala Dunia 1986. Selain handsball Henry, sejatinya masih ada insiden lainnya yang seharusnya membuat wasit tidak mengesahkan gol Gallas. Yakni, ketika ada dua pemain Prancis lainnya yang berada dalam posisi off-side saat Malouda melayangkan free kick. (dns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: