Benahi Bansos dan Rutilahu, Tiga Tahun Mengajukan, Tak Kunjung Dapat Bantuan
ANGGARAN besar untuk dana bantuan sosial (bansos) dan rumah tidak layak huni (rutilahu), nampaknya belum dirasakan secara merata oleh warga miskin. Beberapa warga yang ditemui Radar, belum merasakan bantuan pemerintah itu. Perlu kajian lebih detail agar bantuan tersebut bisa tepat sasaran. Kondisi memprihatinkan dialami keluarga Casiti (47), warga RT 02 RW 06, Kelurahan Kasepuhan. Kehidupan Casiti boleh dikatakan kurang mampu. Suaminya hanya buruh kuli panggul yang pendapatannya Rp35 ribu per hari. Itu tidak bisa mencukupi keluarga dan anak-anaknya yang berjumlah lima orang. Dinding rumahnya yang sederhana sudah mulai lapuk. Ia dan keluarga tak bisa memperbaikinya lantaran upah suaminya, hanya cukup untuk makan tiap hari. \"Ya mau diperbaiki, tapi uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja,\" tukasnya saat dijumpai Radar, belum lama ini. Tak hanya itu, rumah tersebut tak memiliki WC. Untuk buang air besar, ia harus menumpang ke rumah tetangganya. \"Kadang kalau hujan air bisa masuk ke rumah. Kalau sudah begitu, saya dan anak-anak sibuk menampung air supaya tidak banjir,\" ungkap dia dengan nada agak terbata-bata. Kondisi atap rumah yang bocor diperbaiki dengan tangan sendri. Itu karena ia tak sanggup membayar tenaga ahli untuk mengerjakannya. \"Sedikit-sedikit nabung mulai diperbaiki,\" tukasnya. Namun, dengan konidisi itu ia belum merasakan bagaimana mendapat bantuan dari pemerintah. Maklum, dia hanya warga miskin. Sehingga jika tidak mendapat bantuan, ia hanya pasrah. Casiti mengaku ia sudah tiga kali mengajukan bansos dan rutilahu ke Pemerintah Kota Cirebon yang ia ajukan melalui dana aspirasi dewan. Namun ia tak mendapatkannya. \"Nggak tahu kenapa kok orang lain dapat, tapi saya tidak dapat. Minta bantuan pemerintah juga gak dikasih-kasih,\" ungkapnya. Selama ini ia bertahan karena ia berprasangka baik. \"Mungkin belum rezekinya,\" ucapnya. Namun perasannya bicara, ketika orang yang dianggapnya mampu bisa mendapatkan bantuan, tapi ia yang kondisinya seperti saat ini justru tidak mendapat bantuan. Sebagai manusia, dalam hati kecilnya mempertanyakan hal tersebut. Hal yang sama diungkapkan Sumiati (47). Ia belum pernah mendapatkan sekali pun bantuan pemerintah, baik bansos maupun rutilahu. \"Belum pernah sama sekali, kadang suka mikir tahun ini kan pencairan bansos, kenapa orang lain yang mampu itu dapat, tapi kita tidak dapat,\" ungkapnya. Ia dan tetangganya mangajukan bansos melalui dana aspirasi partai politik (parpol). Untuk mendapatkan proposal pengajuan, ia harus membayar Rp25 ribu sebagai biaya administrasi. Tapi nyatanya, sudah tiga tahun mengajukan tidak dapat-dapat bantuan yang diharapkan. Kondisi memperihatinkan juga dialami oleh Tuti Sugiarti (60). Ia tinggal sebatang kara di rumahnya. Sudah beberapa bulan ini rumahnya tidak terpasang listrik. Itu karena aliran listrik dicabut oleh PLN. Ia tidak mampu membayar listrik dan menunggak. Kondisi ini membuat dia harus menyalakan cempor tiap hari menjelang malam. \"Sudah mengajukan bantuan bansos dan rutilahu, tapi tidak dapat-dapat. Katanya nanti-nanti saja,\" sebutnya. Kondisi yang memperihatikan, yang dialami sebagaian warga ini merupakan cerminan buruknya penyaluran bansos dan rutilahu selama ini. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: