Tunggu Kepastian dari Yayasan
KUNINGAN- Kasus telantarnya siswa SMK Kecil Kertawangunan sudah diketahui oleh pihak SMKN 1 Kuningan yang merupakan sekolah induk. Bahkan, sebelum kasus ini mencuat mereka sudah melakukan pertemuan dengan siswa dan juga pihak yayasan. Dalam pertemuan itu, pihak yayasan meminta waktu untuk menyelesaikan permasalahan. Namun, ternyata hingga batas waktu yang ditentukan, yakni tiga hari, belum ada kabar dari pihak yayasan. Padahal SMKN I Kuningan menunggu informasi lanjutan. “Kalau saya menunggu iktikad baik dari pihak yayasan. Kalau ternyata tidak mampu, maka saya akan ambil alih siswa kelas XI dan kelas XII,” ujar Kepala SMKN I Drs H Tarmidi kepada Radar via telepon, Rabu (13/11). Menurut pria yang tengah berada di Bogor ini, kelas XI dengan XII masih menginduk dengan SMKN 1 Kuningan. Sementara, kelas X statusnya sudah swasta, karena jurusannya berbeda dengan yang ada di SMK induk. Pihaknya pasti akan menyelamatkan siswa tersebut, jika pihak yayasan menelantarkan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Terlebih, sebentar lagi menjelang ujian nasional, para siswa harus belajar secara intensif dan kondusif. Mantan Kepala SMKN 2 ini menyebutkan, program kerja sama ini awalnya merupakan program kepala sekolah sebelumnya yang kini menjabat SMKN 3 Kuningan dengan ponpes di Kertawangunan. Tapi, setelah kepsek berganti ia melanjutkan program kelas jauh ini karena merasa bertanggung jawab atas nasib siswa. “Mengenai nasib siswa kelas X selama ini tidak pernah diajak koordinasi, padahal SMKN I kelebihan siswa. Kalau mengetahui kosong bisa dilempar sebagain. Yang herannya untuk kelas X jurusannya tidak ada di sekolah induk, sehingga kami lepas tanggung jawab,” kata dia. Selama masih menginduk, pihaknya pernah memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab kepada anak didik dan juga terhadap guru yang mengajar. Mengenai perizinan, dirinya tidak mengetahui secara pasti, apakah yayasan ini sudah berizin atau tidak. Terkait masalah itu, bukan menjadi fokus utama pihaknya. Karena yang terpenting adalah menyelamatkan siswa. Selain memikirkan siswa, tentu juga masalah tenaga pengajar, terutama yang sudah masuk kategori dua. Selama ini mereka bertahan karena berharap diangkat dalam penerimaan CPNS. Kalau tidak tidak ada yang ditunggu, mungkin nasibnya sama dengan guru yang lain memilih untuk keluar. Sebelumnya, akibat tidak ada guru yang mau mengajar dalam dua bulan terakhir, siswa SMK Kecil Kertawangunan terpaksa telantar. Mereka hanya datang ke sekolah, namun tidak bisa belajar karena tidak ada pengajar. Sebenarnya kejadian ini sudah terjadi sejak tahun ajaran baru. Namun, pada saat itu ada dua guru yang masih mengajar, yakni guru Bahasa Inggris dan guru agama. Namun, dua bulan ini mereka tidak mau mengajar, karena tidak digaji oleh yayasan. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: