Kuku Mulut
Dan Indro akan \'\'dibantai\'\'.
Lewat penelitian tandingan.
Dilakukanlah penelitian lanjutan di Jawa Tengah. Oleh pihak lain. Di area lain. Yang penting, hasilnya bisa untuk menyenangkan yang harus disenangkan. Termasuk pedagang besar daging dari Australia.
\"Tidak ditemukan PMK di Indonesia, berarti impor daging hanya dari Australia mendapat alasan terkuat\".
Maka perdagangan daging di Indonesia pun kukuh: tetap harus dari daging negara bebas PMK seperti Australia.
Diam-diam Indro berangkat ke Jawa Tengah. Swadaya. Sekalian mudik. Ia melakukan penelitian di Jateng. Jiwa penelitinya tidak tersandera oleh anggaran proyek.
Hasilnya?
“Sekitar 20 persen juga yang memiliki antibodi PMK,\" ujarnya.
Maka status Indro bukan lagi tidak disukai. Ia sudah tergolong dianggap pembangkang. Ia ditekan untuk merahasiakan hasil penelitiannya itu. Ia diperlakukan seperti virus –dijauhi.
Indro pun berpikir untuk mengundurkan diri dari lembaga itu. Apalagi ketika di belakang hari ada peristiwa lain. Sejenis. Di bidang lain. Yang lebih penting. Ia benar-benar mundur.
Ia jadi peneliti independen. Dengan hidup seadanya.
Apalagi pengurusan bea siswa yang sudah lama diajukan dikabulkan. Indro berangkat ke Australia. Memperdalam ilmu virus di sana. Megang di seorang guru besar ternama.
Pulang dari Australia Indro tetap jadi peneliti independen. Jadi orang biasa. Dengan mobil 1.500 cc-nya.
Indro tidak berhenti menggeluti virus. Itu cinta dalam. Hidupnya. Ia tetap tenggelam di laboratorium. Termasuk ketika Covid masuk ke Indonesia.
Ia melakukan penelitian sendiri. Sampai melahirkan \"Protokol Rakyat\" –cara menghindari Covid yang lebih sederhana dan murah dibanding Prokes pemerintah (Disway 19 Juli 2021).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: