Hutan Israel Membara, 41 Tewas
HAIFA - Api membumihanguskan hutan pinus di punggung Bukit Carmel, kawasan utara Israel. Hingga kemarin (3/12), sebanyak 41 orang tewas dalam kebakaran hutan terhebat di Negeri Yahudi tersebut. Sekitar 13.000 warga di kota-kota sekitar bukit yang menjadi objek wisata internasional itu terpaksa dievakuasi ke tempat aman. Dalam waktu kurang dari 24 jam, titik api yang kali pertama terlihat pada Kamis (2/12) sekitar pukul 11.00 waktu setempat (16.00 WIB) itu memerahkan langit di kawasan utara Isreal. Hingga kemarin, api yang diduga muncul dari tempat pembuangan sampah Desa Isfiya di pinggiran Kota Haifa itu melalap sekitar 4.000 hektare lahan di hutan pinus tersebut. Tidak kurang dari 13.000 warga mengungsi. Termasuk, penduduk Haifa di bagian selatan yang permukimannya terbakar. Israel mengerahkan hampir seluruh petugas pemadam kebakaran yang ada di seantero negeri. Meski bekerja nonstop selama dua hari, para petugas yang dibantu pesawat dan mobil pemadam kebakaran belum bisa menaklukkan api hingga kemarin. “Ini benar-benar buruk. Kebakaran ini berskala internasional,” kata Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu seperti dilansir Agence France-Presse. Kamis malam waktu setempat, pemimpin 62 tahun itu berkunjung ke lokasi kebakaran. Kemarin pagi, Netanyahu menggelar rapat darurat parlemen di Kota Tel Aviv. Dalam kesempatan itu, dia mengimbau kepada masyarakat internasional untuk membantu Israel menjinakkan api yang kian berkobar karena tiupan angin tersebut. Selain armada pemadam kebakaran, dia juga minta bantuan personel. Sebab, jumlah total petugas pemadam kebakaran di Israel hanya berkisar 1.400. Jauh di bawah rata-rata jumlah personel pemadam kebakaran di seluruh dunia. Lima pesawat pemadam kebakaran asal Yunani tiba bersama dengan pesawat Bulgaria yang mengangkut 100 petugas pemadam kebakaran kemarin pagi. Tidak lama kemudian, sebuah pesawat dan sebuah helikopter asal Siprus juga tiba di Israel. “Kami juga minta bantuan dari Azerbaijan, Inggris, Kroasia, Mesir, Prancis, Jordania, Rumania, Rusia, Spnyol dan Turki,” terang Kementerian Luar Negeri Israel dalam keterangan tertulis. Sementara petugas pemadam kebakaran berjuang keras memadamkan api, polisi mengidentifikasi korban. Sebagian besar korban tewas adalah penjaga penjara dan narapidana. Kamis malam itu, para penjaga penjara sedang mengevakuasi narapidana dari penjara di dekat hutan. Mereka menumpang sebuah bus. “Bus yang mengangkut mereka terjebak api. Saat berusaha berbalik arah, api dari arah sebaliknya justru membakar bus tersebut,” kata Jubir Kepolisian Nasional Israel, Micky Rosenfeld. Menurut dia, jumlah korban tewas masih akan terus bertambah. Sebab, tim penyelamat belum berhasil mencapai permukiman penduduk yang paling parah dilalap api. “Kami belum melakukan penyisiran di kawasan seperti Kibbutz Beit Oren yang sampai sekarang masih membara. Karena itu, kami belum tahu apakah ada korban jiwa di sana,” ungkap Rosenfeld dalam wawancara dengan Associated Press. Hingga kemarin, nasib dua penjaga penjara dan seorang yang lain masih belum diketahui. Kebakaran hutan paling parah di Israel itu mengundang keprihatinan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Kemarin, presiden kulit hitam pertama Negeri Paman Sam itu menyampaikan bela sungkawanya kepada pemerintahan Netanyahu. Melalui kawat duka, Obama juga menjanjikan bantuan personel pemadam kebakaran. Bersamaan dengan itu, Australia juga menyatakan bahwa militer mereka siap berangkat ke Israel. Di tengah perjuangan keras menaklukkan api, pasukan pemadam kebakaran Israel menuai kritik tajam. Pasalnya, mereka sudah mendapatkan informasi sejak kali pertama titik api terlihat. “Saya terbang di atas titik api. Saat itu, api masih kecil. Saya langsung memberitahukannya kepada petugas,” kata Alon Chaim, pilot yang kebetulan terbang di atas Isfiya Kamis siang itu. Sayangnya, petugas tidak langsung merespons. Mereka baru terjun ke lokasi setelah api membakar hutan pinus. (hep/ami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: