Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, YLBHI: Negara Harus Bertanggung Jawab

Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, YLBHI: Negara Harus Bertanggung Jawab

Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, YLBHI menuntut negara turut bertanggung jawab.-Ist-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, JAKARTA - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, direspons YLBHI. Negara disebut harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Dalam siaran pers YLBHI yang disampaikan Muhamad Isnur, disampaikan duka cita mendalam atas korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi setelah selesainya laga pertandingan sepakbola Arema vs Persebaya pada tanggal 1 Oktober 2022.

"Kami mendapat laporan perkembangan bahwa sampai dengan Pukul 07.30 WIB, telah ada 153 korban jiwa dari kejadian ini," tulis siaran pers tersebut.

Sejak awal panitia mengkhawatirkan akan pertandingan ini dan meminta kepada Liga (LIB) agar pertandingan dapat diselenggarakan sore hari untuk meminimalisir risiko.

BACA JUGA:Dugaan Penyebab Banyak Korban Meninggal Dunia di Stadion Kanjuruhan Malang

BACA JUGA:Pertandingan Persib vs Persija Hari Ini Kemungkinan Ditunda, PSSI Liburkan Liga 1 Satu Minggu

Tetapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.

Pertandingan berjalan lancar hingga selesai, hingga kemudian kerusuhan terjadi setelah pertandingan dimana terdapat supporter memasuki lapangan dan kemudian ditindak oleh aparat.

Dalam video yang beredar, YLBHI melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan.

Ketika situasi suporter makin banyak ke lapangan, justru kemudian aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi penonton.

BACA JUGA:Jumlah Korban Meninggal Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan 127, Kapolda Jatim: 3 Ribu Turun ke Lapangan

BACA JUGA:Megharukan, Polresta Cirebon Pertemukan Anak Korban Penganiayaan di Pabuaran dengan Ibu Kandung

"Kami menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force) melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian masa yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebab  banyaknya korban jiwa yang berjatuhan," tulis keterangan tersebut.

Penggunaan Gas Air mata  yang tidak sesuai dengan Prosedur pengendalian massa mengakibatkan suporter di tribun berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan dan saling bertabrakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: