Tradisi Ponpes Jagasatru
Semarak Tahun Baru Islam memang kalah redup dengan Tahun Baru Masehi, tapi upaya-upaya menyemarakkan tahun baru Islam tidak pernah surut. Banyak tradisi dan kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan masyarakat untuk memeriahkan pergantian tahun berdasarkan hitungan perputaran bulan. SEMARAK pergantian Tahun Baru Islam juga makin terasa, karena berbarengan dengan HUT ke-641 Kota Cirebon. Tapi, sebenarnya sudah sejak lama ada tradisi tahunan yang dilakukan Pondok Pesantren Jagasatru memperingati Tahun Baru Islam. Berbagai upaya memeriahkan pergantian tahun baru Islam salah satunya dilakukan panitia HUT Kota Cirebon. Salah satunya dengan melaksanakan rangkaian jiarah Sunan Gunung Jati. Jiarah ini diawali dengan salat Ashar di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang notabene peninggalan Sunan Gunung Jati. Usai salat, dilanjutkan dengan jiarah ke makam Sunan Gunung Jati di Kecamatan Gunung Jati di Kabupaten Cirebon. Namun, sayangnya agenda salat berjamaah ini hanya melengkapi daftar agenda acara. Implementasinya justru menuai kekecewaan masyarakat. Menurut Akbarudin Sucipto, mantan Ketua Ikatan Pemuda Remaja Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon yang juga Ketua Komunitas Amparan Jati Sagotra, Jamaah Masjid Agung Sang Ciptarasa Kasepuhan Cirebon sangat menyesalkan ketidakhadiran walikota, wakil walikota, dan sekda Kota Cirebon. Idealnya para petinggi itu ikut dalam salat Ashar berjamaah sebagai salah satu agenda tahunan menyambut Hari Jadi Kota Cirebon yang bersamaan dengan perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram. “Ironis. Agenda ini pemkot sendiri yang buat, tapi tidak tahu karena alasan apa mereka tidak hadir. Kalau diajak salat berjamaah yang setahun sekali saja tidak mau, apalagi untuk berjuang mempertahankan religiuitas kota, pasti mereka lupa. Mereka kan pemimpin formal di kota ini, masak sih agenda yang sudah mereka buat kok tidak dilaksanakan,” sesal Akbarudin. Mengenai peringatan Tahun Baru Islam, Pondok Pesantren Jagasatru punya tradisi tahunan dengan berbagai kegiatan para santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Tradisi tahunan ini adalah pawai taaruf dengan berjalan kaki keliling kota, sembari membawa obor. Pawai itu juga diwarnai dengan taushiyah dan puji-pujian sembari berjalan kaki. Berbagai cara dilakukan dalam menyambut tahun baru 1 Muharram, semata-mata untuk memeriahkan tahun baru Islam sekaligus menyosialisasikan kembali pergantian tahun menurut kalender Islam. “Kita merayakan 1 Muharram itu, nama pawai-nya itu taaruf yang artinya berkenalan. Kita memiliki tradisi, hitungan tahun tersendiri, sementara sekarang ini kan banyak orang yang terkesan melupakan,” ujar, Ketua Yayasan Ponpes Jagasatru, KH Hasanain. Keliling kota, kata pria berkacamata ini untuk mengingatkan kembali masyarakat pada Tahun Baru Islam, sehingga semarak perayaannya juga dirasakan oleh seluruh masyarakat umum. Selain itu, dengan diperingatinya tahun baru Islam diharapkan dapat memberikan kesadaran masyarakat untuk meneladani hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Hijrah yang dimaksud adalah hijrah perilaku untuk menjadi lebih baik di tahun yang baru. Puluhan santri di Kota Wali ini juga menggelar berbagai atraksi yang menantang. Pertunjukan yang di perlihatkan para santri ini mengundang decak kagum warga yang menyaksikanya. Sejumlah santri bahkan mempertontonkan dalam permainan api sambil bekeliling kota. Bahkan beberapa di antaranya menyemburkan bola bola api ke atas dari mulutnya dengan menggunakan obor. Usai melakukan pawai taaruf sambil mengagungkan nama kebesaran Allah SWT, mereka kembali ke halaman Pondok Pesantren Jagasatru dan di sambut dengan petasan dan dentuman meriam yang terbuat dari bambu. Berbagai atraksi menantang kemudian di pertontonkan di depan ribuan warga yang menyaksikan kegiatan tahunan ini, dari mulai permainan menggunakan api. Hingga dengan melakukan kekuatan lainya seperti memecahkan genteng dengan kepala, hingga mengupas kelapa dengan menggunakan gigi, bahkan kelapa yang sudah dikupas ini kemudian dipecahkan di kepala para santri ini. Atraksi ini kemudian dilanjutkan dengan permainan sepak bola api, meski apinya cukup besar, namun para santri seakan tidak takut dengan panasnya api. Bahkan mereka saling berebut satu sama lain, mereka mengaku dengan melakukan berbagai atraksi ini hanya menyerahkan diri kepada Allah dan dengan doa-doa. Sementara itu kegiatan atraksi ini dilakukan rutin untuk memeriahkan dan menyambut tahun baru islam, di harapkan pada tahun baru ini umat Islam lebih meningkatkan keimanan islamnya dan mengikuti jejak junjungan Nabi Muhammad. Berbagai atraksi yang di pertujukan oleh para santri ini juga mengundang decak kagum oleh ribuan warga sekitar yang menyaksikannya, bahkan beberapa di antara mereka sengaja mengabadikan dengan kamera ponselnya. (yuda sanjaya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: