200 Jiwa Terkubur Longsor di Kolombia
MEDELLIN - Hujan deras yang terus mengguyur Kolombia beberapa hari terakhir menimbulkan bencana. Minggu siang waktu setempat (5/12) atau dini hari kemarin WIB (6/12), tanah longsor menimbun sedikitnya sepuluh rumah di pinggir Kota Medellin. Sedikitnya, 200 orang terkubur dan 50 di antaranya diduga tewas. “Sejauh ini ada 150”200 orang yang dilaporkan hilang. Tujuh orang berhasil kami selamatkan,” lapor Cesar Uruena, wakil direktur pelaksana Palang Merah Kolombia, seperti dikutip Agence France-Presse. Hingga kemarin tim penyelamat dan Palang Merah Kolombia masih berusaha mencari korban selamat. Mereka fokus pada rumah dan bangunan yang tertimbun tanah longsor. Bencana tanah longsor itu terjadi beberapa saat setelah jam makan siang. Kerusakan terparah terjadi di Distrik La Gabriela, Kota Bello, sebelah utara Medellin. “Tanah longsor menimbun sepuluh rumah. Masing-masing rumah itu terdiri atas tiga lantai. Karena Minggu merupakan hari keluarga, kami perkirakan di setiap rumah ada 15 sampai 20 orang,” lanjut Uruena. Beruntung, Medellin yang merupakan kota terbesar kedua Kolombia luput dari longsoran. Kota berpenduduk 2,4 juta jiwa itu terletak di sebelah barat laut ibu kota Kolombia, Bogota, dengan jarak sekitar 400 kilometer. Padahal, Medellin berada di kaki sebuah bukit dan dikelilingi perkampungan kumuh. Jika tanah yang longsor itu sampai ke kota tersebut, pasti banyak korban jiwa akan lebih banyak. Sampai tadi malam WIB, tidak kurang dari 300 penduduk di sekitar Medellin memadati lokasi bencana. Mereka mencari keluarga dan kerabat yang mungkin menjadi korban. Selain itu, dengan tangan kosong, mereka membantu tim penyelamat menyingkirkan reruntuhan bangunan sedikit demi sedikit. Kemarin Gubernur Antioquia Luis Alfredo Ramos juga berkunjung ke lokasi bencana. Mendengar bencana terbaru yang melanda negerinya, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos langsung meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ibero-American di Mar del Plata, Argentina. Sepekan terakhir, republik di Amerika Selatan itu bergulat dengan banjir. Sedikitnya 1,5 juta warga terpaksa mengungsi karena tempat tinggal mereka terendam air. “Kami membutuhkan biaya sangat besar. Bencana datang beruntun,” kata Santos yang lantas menetapkan status darurat di negerinya. Terkait dengan banjir yang melumpuhkan aktivitas warga sepekan terakhir, pemerintah menyediakan dana USD 300 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun. Sampai akhir pekan lalu jumlah korban tewas akibat banjir bandang mencapai 176 orang. “Bencana masif seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya di negara kami. Saya rasa, lebih dari dua juta warga Kolombia turut menjadi korban dalam bencana kali ini, baik langsung maupun tidak,” papar Santos yang kemarin langsung meninjau lokasi bencana. Dalam kesempatan itu dia juga mengungkapkan niatnya untuk kembali mengucurkan dana darurat negara guna menanggulangi tanah longsor. Tanah longsor, sebenarnya, cukup sering melanda wilayah Kolombia yang berbatasan dengan Pegunungan Andes. Tapi, karena curah hujan kali ini paling tinggi selama empat dekade terakhir, jumlah korban akibat tanah longsor pun berlipat ganda. “Akibat tanah longsor Minggu siang, sekitar 50 warga La Gabriela dipastikan tewas,” kata John Rendon, pejabat penanggulangan bencana, kepada BBC. Namun, lanjut dia, jumlah itu dipastikan bertambah. Sebab, upaya mencari korban terus berlangsung. Hujan deras pun menghambat penyisiran di balik puing. Meski sudah mengerahkan anjing pelacak, alat berat dan bahkan dibantu warga dengan tanah kosong, proses evakuasi butuh waktu lama. “Kami harap bisa kembali menemukan korban yang selamat,” ungkapnya. (hep/c2/dos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: