20 Rumah Rusak Akibat Puting Beliung

20 Rumah Rusak Akibat Puting Beliung

CIAWIGEBANG- Sedikitnya 20 rumah menjadi korban puting beliung yang terjadi di Kecamatan Ciawigebang Minggu (8/12) siang. Itu berdasarkan data yang dihimpun Radar setelah berada di lokasi, Senin (9/12). Dari jumlah tersebut, 13 rumah rusak terdapat di Desa Cihaur. Kemudian 5 rumah di Desa Karangkamulya dan 2 rumah di Desa Ciawi Lor. Puting beliung sudah dua kali dialami tiga desa tersebut. Di Ciawi Lor sebelumnya terjadi 11 November lalu, sedangkan Desa Karangkamulya dan Desa Cihaur pernah terjadi pada tahun 2007. Menurut Kades Cihaur Hj Astri Plasmasari, 13 rumah tersebut tersebar di dua dusun, yakni Dusun Karamat dan Dusun Situ. Adapun rumah yang menjadi korban puting beliung milik Opik, Madri, Dila, Udi, H Sahri, Ganda, Misra, Madama, Sugema, Sapto, Juju, Daria,  dan H  Kasim. “Dari 13 warga, dua rumah milik H Sahri dan Opik yang paling parah. Kerugian kedua pemilik rumah ini bisa mencapai Rp10 jutaan. Sedangkan kerusakan 11 rumah lainnya boleh dibilang kecil, dengan kerugian total Rp10 jutaan,” ucap Astri kepada Radar, kemarin (9/12). Astri yang didampingi Kaur Ekbang Didi Sutardi mengatakan, kerusakan pada rumah warga kebanyakan menimpa bagian atap, karena kerasnya sapuan angin. Bahkan, atap dapur rumah Opik habis terbawa angin. Hanya menyisakan internit atau plafon, sehingga rumahnya menjadi banjir, karena hujan deras masuk. Bagian dapur rumah Opik sendiri, lanjut dia, terbuat dari asbes, sehinggga ketika disapu puting beliung hancur. Begitu juga bagian belakang rumah milik H Sahri, kondisinya hacur. Bahkan, genting di beberapa rumah milik H Sahri ikut berterbangan. Menurutnya, sejak pagi tadi warga sudah bahu membahu memperbaiki rumah yang terkena dampak puting beliung. Sehingga sekarang rumah warga yang rusak sudah bisa ditempati. Warga cepat melakukan perbaikan karena ditakutkan hujan turun kembali, sehingga kerusakan akan semakian parah.   Kades termuda di Kuningan ini menyebutkan, hingga saat ini belum ada yang datang dari pihak BPBD (Badan Penggulangan Bencana Daerah) Kuningan. Ia sendiri awalnya mengira kedatangan wartawan merupakan utusan dari BPBD. “Saya kira bapak dari BPBD, makanya ketika ditelepon saya langsung ke balai desa,” ucap Astri yang terlihat sibuk dengan rencana kedatangan Bupati Utje untuk acara penanam pohon di situ pada hari Selasa. Terpisah, Opik yang ditemui Radar berharap, ada bantuan dari pemerintah dengan kejadian ini. Sebab, untuk mengganti kerusakan ia sudah mengeluarkan uang Rp5 juta, uang tersebut untuk membeli seng dan alat-alat. “Saya yakin, pemerintah akan membantu kami karena ini musibah. Ini kejadian kali kedua yang menimpa saya. Dulu pernah terjadi tahun 2007,” ucap pria yang mengaku pegawai UPK ini. Tidak jauh berbeda dengan Opik, H Sahri pun langsung membeli asbes dan peralatan lain untuk menutup bagian atap yang disapu puting beliung. Ia sendiri tidak memperhitungkan kerugian berapa nilainya, karena lebih fokus memikirkan agar rumah cepat ditutup oleh asbes. Sementara, di Desa Karangkamulaya dan Ciawi Lor warga langsung melakukan perbaikan. Bahkan, pohon-pohon yang tumbang oleh warga diambil kayunya untuk dijadikan kayu bakar. Petugas PLN pun sudah melakukan perbaikan. Kejadian ini menyedot perhatian Bupati Kuningan Hj Utje Ch Hamid Suganda. Ia langsung berkunjung ke Ciawi Lor untuk melihat rumah yang menjadi korban. Namun, sayangnya tidak mengunjungi dua desa lainnya. “Iya tadi (kemarin, red) Bupati ke sini meninjau yang menjadi korban puting beliung. Beliau pun berkunjung ke balai desa untuk melihat pembangunan kantor desa,” ucap Kades Ciawi Lor, Dodi Somantri. Terpisah, Sekretaris BPBD Kuningan Sri Ucu Sukmawati yang dikonfirmasi mengenai jumlah puting beliung mengaku hanya mengetahui di Ciawi Lor. Makanya bupati dan rombongan datang menengok. Dua desa lainnya belum ada laporan masuk. Hanya baru tahu dari media. “Terima kasih infonya kami akan langsung mendata. Harusnya pihak desa cepat melapor jangan diam,” ujar Ucu. Dari informasi Radar, banyak warga yang langsung memperbaiki rumah yang rusak. Alasannya, jika menunggu bantuan dari pemerintah prosedurnya lama. Warga lebih memilih langsung memperbaiki, meskipun harus meminjam uang. Sementara kerugian warga akibat puting beliung ini baru dihitung dari angka kasar kerusakan rumah. Belum menghitung kerugian material lainnya, seperti pohon-pohon produktif milik warga yang juga ikut rusak. (mus)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: