Bongkar Muat Batubara Masih Tradisional
CIREBON- Protes keras yang dilakukan warga Pesisir terkait aktivitas bongkar muat batubara mendapat perhatian serius dari wakil rakyat. Bahkan mereka mengkritisi sistem bongkar muat batubara yang ada selama ini. Ketua Fraksi Partai Golkar, Andi Riyanto Lie mengkritisi sistem bongkar muar batubara di Pelabuhan Cirebon. Setelah dilihat dari dekat, justru sistem yang digunakan sangat tradisional. Tak heran jika dampak polusi batubara ini sangat mengganggu warga. Kalau mau serius, kata Andi Lie, PT Pelindo mestinya memiliki sistem bongkar muat batubara yang benar-benar ramah lingkungan. Apalagi aktivitas ini berada di tengah kota. Di negara manapun, sambung Andi, bongkar muat batubara tidak pernah ada di tengah Kota. Kalaupun ada di Amsterdam, Belanda, sistemnya tidak seperti yang ada di Pelabuhan Cirebon. “PT Pelindo harus berani terapkan standarisasi seperti di Amsterdam. Semua debu masuk ke sebuah alat dan tidak menyebabkan polusi ke warga sekitar pelabuhan,” bebernya. Dia mencontohkan tidak standarnya aktivitas bongkar muat batubara, pekerjanya tidak menggunakan helm kerja, alatnya masih terkesan tradisional dengan alam bebas, serta amdalnya juga patut dipertanyakan. Apalagi aktivitas itu berada di dekat rumah sakit. “Padahal rumah sakit mestinya steril dari debu batubara. Ini harus segera disikapi,” tegas Andi. Wakil Ketua DPRD, Edi Suripno SIP MSi berharap semua pihak duduk bersama menyelesaikan persoalan batubara di pelabuhan. Untuk membahas persoalan ini, kata Edi, tidak bisa dari satu pihak. “Mesti melibatkan semua pihak sehingga bisa mendapatkan solusi yang terbaik,” kata Edi. Dirinya menyarankan kepada PT Pelindo untuk memberikan perhatian khusus kepada warga sekitar pelabuhan melalui program CSR. Program CSR itu bisa melalui klinik kesehatan gratis untuk warga sekitar dan program-program lain. (abd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: