Densus Sergap Tholut

Densus Sergap Tholut

JAKARTA - Imron Baihaqi alias Abu Tholut hingga tadi malam masih dibawa petugas Densus 88 Mabes Polri ke lapangan. Mantan ketua mantiqi Jamaah Islamiyah wilayah III (Poso dan Mindanao) itu menjadi pemandu bagi tim pemburu untuk menangkap sisa-sisa anggota kelompok tanzhim Al Qaidah Serambi Mekkah yang masuk dalam incaran polisi. “Saat ini masih dibawa untuk memburu DPO (daftar pencarian orang, red) lama maupun DPO baru,\" ujar  Kabidpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (10/12). Mantan anggota Satgas Bom Polri itu enggan menjelaskan lokasi terakhir Imron yang dipanggil Abu Tholut karena anak ketiganya bernama Tholut itu. \"Yang jelas di luar Jakarta,\" tambahnya. Menurut Boy, Abu Tholut diduga terlibat dalam perencanaan pelatihan ala militer di Jalin Jantho, Aceh. Selain itu, anak purnawirawan TNI AD itu juga diduga mengotaki perampokan bank CIMB Niaga dan serangan terhadap Mapolsek Hamparan Perak. \"Kaitan-kaitan ini masih diperiksa, karena itu saya bilang ini dugaan,\" kata mantan Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 Mabes Polri itu. Boy menjelaskan, pelacakan ayah dari bayi Saad Abdul Qayim (anak ketujuh) itu menemukan titik terang sejak beberapa waktu lalu. \"Sudah diikuti jejaknya sejak sekitar satu bulan lalu,\" kata perwira tiga melati di pundak itu. Sumber Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) di lapangan menjelaskan, penangkapan Abu Tholut berdasarkan nomer hp yang masih disimpan oleh Joko Daryono alias Thoyib, bendahara JAT yang ditangkap Densus 88 di Solo 18 November lalu. “Ada pelacakan intensif dan diketahui sinyalnya pernah hidup di Semarang dan sekitarnya, tapi mati lagi,” katanya. Tim kemudian mengintensifkan pengintaian di rumah istri Abu Tholut di kawasan Bae, Kudus, Jawa Tengah. \"Sejak dia DPO, sudah ada tim yang di Kudus, tapi saat itu tim pesimistis dia akan masuk Kudus, sebab orang ini kan terlatih,” tambahnya. Perwira yang pernah kursus anti teror di luar negeri itu menambahkan, tim lantas menambah personel di sekitar lokasi pengintaian. Diantaranya menyamar sebagai penjual mainan anak-anak. \"Tiga hari yang lalu, sinyal hidup. Informasi ini klop dengan data lapangan bahwa istrinya sedang sakit. Ini gabungan antara Sigint dan Humint,\" katanya. Sigint dan Humint adalah dua dari tiga teknik yang lazim dipakai di komunitas intelijen. Sigint  adalah singkatan dari signal intelligence yakni pengumpulan informasi berdasarkan pelacakan sinyal atau transmisi elektronik. Humint adalah human intelligence atau pengumpulan data menggunakan sumber daya manusia sebagai pengumpul. Satu lagi adalah Imint atau Imagery Inteligence yakni pencarian data menggunakan pelacakan gambar satelit. Imint lazim digunakan CIA di Afghanistan. Hari Kamis malam (9/12) tim sudah melihat Abu Tholut masuk ke rumah yang dibangun menggunakan uang jatah warisan itu. \"Tapi, Kadensus memerintahkan agar menunggu pagi, sebab sangat berbahaya. Dia sangat terlatih,\" katanya. Imron memang pernah berlatih di kamp Sadda Afghanistan. Dia bahkan lebih senior dari Nasir Abbas yang sekarang bekerja membantu polisi. Bersama Nasir pula, Imron membangun kamp Hudaibiah di Mindanao dan mengembangkan jaringannya di Sabah dan Serawak, Malaysia. Abu Tholut ini dikenal ahli field engineering yakni perakitan dan pembuatan bom. Dia juga pernah menjadi instruktur menembak bagi para mujahidin Indonesia yang dikirim ke Afghanistan oleh almarhum ustad Abdullah Sungkar pada medio 1990-an. Akhirnya, pada Jumat pagi hari sekitar pukul 08.00, tim penindak Densus 88 masuk ke Dukuh Bae Pondok RT 4/III, Desa Bae, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Dia disergap di dalam kamar mandi rumahnya. Sudarwi (40) warga Dukuh Bae Pondok RT 4/III, yang merupakan tetangga terduga Abu Tholut, sekaligus saksi mata saat ditemui Radar Kudus di lokasi pengrebekan, kemarin (10/12) menuturkan, penangkapannya berlangsung sekitar setengah jam, sejak pukul 08.00-08.30. Saat itu, dirinya sedang di teras rumah milik Mustaqin (kakak ipar Abu Tholut). Rumahnya ada di depan  Abu Tholut. \"Waktu itu, saya sedang ngobrol bersama tetangga yang lain. Tiba-tiba segerombolan orang dengan berpakaian preman datang dengan mengendarai 7 sepeda motor dan 3 mobil kijang. Dengan jumlah orang mencapai puluhan,\" ujarnya. Setelah itu, lanjutnya, mereka langsung menyuruh tetangga sekitarnya untuk masuk ke dalam rumah masing-masing. \"Saya kaget sekali, dan sempat jerit-jerit ada apa ini. Kok banyak orang yang membawa pistol dan menyuruh seluruh warga sekitar untuk masuk ke dalam rumah dan disuruh menutup pintu rapat-rapat,\" jelasnya. Akhirnya, saksi mata pun ikut anjuran orang tersebut yang ternyata belakangan diketahui adalah anggota Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri. \"Saat itu, saya langsung masuk ke dalam rumah kakak iparnya yang bernama Mustaqin yang berada di depan rumah terduga,\" bebernya. Beberapa menit kemudian, imbuhnya, terdengar suara tembakan sebanyak lima kali dari lokasi rumah yang digrebek. \"Selanjutnya, mereka yang berpakaian preman tersebut, membawa seseorang yang di lingkungan desa kami, sering dipanggil Om Yon, atau Imron, atau juga sering disapa Amin, atau Mustofa\" tegasnya. Mengetahui adanya kejadian itu, seluruh tetangga pun sangat terkaget-kaget, dan bertanya-tanya, sebenarnya ada apa gerangan yang terjadi. Pasalnya, peristiwanya berlangsung cukup singkat. \"Setelah gerombolan orang tersebut membawa Om Yon, kami bersama tetangga yang lain, langsung mendatangi rumahnya, untuk menemui istrinya dan berusaha menghiburnya. Karena terus terang, kami tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya,\" paparnya. Sewaktu mendatangi rumahnya itu, lanjutnya, istrinya mengatakan, suaminya dibawa segerombolan orang (Densus 88 Antiteror, red) saat di dalam kamar mandi rumahnya. Ditambahkan, Suu’di (42), salah satu saksi mata lainnya, yang juga warga Dukuh setempat mengatakan, sewaktu Densus 88 datang, dirinya ikut terheran-heran, dan bertanya, ada apa sebenarnya. \"Pada mulanya, saya sedang nongkrong di depan rumah saya, yang berada 100 meter dari rumah Imron,\" ujarnya. Mendengar adanya letusan tembakan, saksi pun langsung lari mendekat dan melihat kejadian yang sebenarnya. \"Saat mendekat itulah, saya melihat Imron sedang dibawa dan diborgol oleh gerombolan orang yang membawa pistol, yang ternyata diketahui adalah Densus 88,\" bebernya. Sewaktu digerebek, imbuhnya, pria yang  mempunyai istri bernama Fatchatun alias Zumaroh (45), serta mempunyai 7 anak itu, sedang memakai kaos oblong putih lengan panjang, dengan celana panjang warna krem, dan mata ditutup pakai kain putih, dengan kaki yang agak pincang. \"Namun, saya tidak tahu pasti, pincangnya kakinya itu apakah akibat terkena tembakan atau hanya terkilir biasa,\" ungkapnya. Untuk ciri-cirinya, lanjutnya, orangnya tinggi besar, rambut cepak, kulit agak hitam, dan mempunyai jenggot sedikit. \"Yang pasti semua tetangga tidak mengira akan ada penangkapan tersebut,\" bebernya. Saat ditangkap, Abu Tholut tidak melakukan perlawanan yang berarti kepada petugas. Sedangkan, untuk barang bukti yang dibawa petugas, di antaranya adalah sepucuk senjata jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgia, dan satu magazin, serta 22 butir peluru kaliber 9 mm. Diteras rumahnya pun juga ditemukan sepucuk amplop berukuran kertas HVS, dengan tulisan kepada Ustadz Abu Thaluth (cetakan print out) dipojok kiri atas dan di bawah kanannyanya terdapat tulisan Majalah Ansharut Tauhid, jalan Cemani-Batik Keris No.88 Cemani grogol Sukoharjo, telp 0271-2167285 (cetakan print out), serta di tengah-tengahnya, terdapat tulisan tangan kumpulan coret-coretan meringkas kitab al Umdah Abdul Qodir Abdul Aziz. Keluarga Imron merasa cemas kondisi sulung dari tujuh bersaudara itu. \"Hingga saat ini kami belum menerima kabar dibawa kemana Abang saya,\" kata adik Abu Tholut, Kusniati pada Jawa Pos kemarin. Kusniati yang hobi berjilbab warna merah muda (pink) itu berharap kondisi kakaknya baik-baik saja. \"Keluarga semua berdoa untuk bang Imron,\" katanya.(rdl/lil/rus/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: