Cirebon Medan Para Peziarah (2)

Cirebon Medan Para Peziarah (2)

Seperti Hikayat Mareskalek karya penulis dari Arab, Syekh Abdullah bin Muhammad Abu Bakar pada 1813-1815. Daendels ditampilkan sebagai orang yang licik, memiliki pengetahuan, gagah berani, sekaligus otoriter dan sangat kurang ajar. Dalam hikayat itu dituliskan ia melontarkan kata-kata yang sangat kasar kepada seorang pangeran Cirebon yang berusaha menentangnya: “Lu ini terlalu bodoh, gua mau ajar sama lu…Lu orang Cirebon makan udang trasi, mengapa mengajar gua orang yang makan daging dan minyak sapi?” Ada 39 kota yang dilewati Jalan Daendels, baik kota besar maupun kota kecil seperti Juwana, Porong, dan Bangil. Berawal dari Anyer, Cilegon, Serang, Tangerang, Batavia, Depok, Bogor, Cianjur, Cimahi, Bandung, Sumedang, Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan berakhir di Panarukan. Demikian kutipan salah satu karya besarnya, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005), Sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam mengisahkan Cirebon muncul dalam arus utama sejarah Nusantara baru sejak masuknya Islam yang dibawa pedagang pribumi. Di masa keemasan Hindu, Cirebon kurang diperhitungkan. Saat Syaikh Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah atau Sunan Gunung Jati ketika dinobatkan menjadi Tumenggung oleh Pangeran Cakrabuana. Cirebon masuk peta sejarah dan jejak-jejak para wali penyebar Islam kini menjadi tujuan ziarah ribuan wisatawan. Di antaranya empat bangunan keraton di Cirebon, yakni Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Keprabon, yang semuanya keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah atau Sunan Gunung Jati. Penelusuran istana tertua di Cirebon, Kraton Kasepuhan, didirikan pada 1529 oleh Pangeran Mas Mohammad Arifin II, cicit Sunan Gunung Jati. Jika ditelisik, makna disetiap sudut Arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan kraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya. Kraton memiliki musium yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang di keramatkan yaitu Kereta Singa Barong, yang telah berusia 500 tahun, dan Tandu Garuda Mina yang dianggap suci dan keramat. Kereta Singa Barong saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada setiap 1 Syawal untuk di mandikan. Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih, didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja. Lokasi bangunan Keraton Kesepuhan membujur dari utara ke selatan atau menghadap ke utara, karena keraton-keraton di Jawa semuanya menghadap ke utara artinya menghadap magnet dunia, arti falsafahnya sang raja mengharapkan kekuatan. Ada banyak bangsal yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri di komplek istana. Di antaranya bangsal Prabayaksa, dindingnya dibangun dari keramik Dinasti Ming 1424, Cina, dan keramik Delf Blue, dari Delf, Belanda, 1745. Relief Delf Blue menceritakan perkelahian Habil dan Qobil keturunan Adam, cerita dari perjanjian lama Bibel, dan kisah percintaan Nabi Harun dan Siti Zulaikah. “Hadirnya keramik-keramik Cina dan Belanda menunjukkan semangat multikulturalisme dari keraton Cirebon sejak awal dibangun. Ini kerajaan Islam yang menghormati dan mengakui agama dan kebudayaan lain,” ujar Elang Wiyono, kerabat Kraton Kasepuhan. Aktivitas wisata di kraton ini tak lepas dari wisata peziarahan. Tampak bekas pembakaran dupa dan kemenyan di bawah kereta Singa barong dan Tandu Mina di Keraton Kasepuhan. “Kadang ada yang bertapa sampai beberapa hari,” ujar pria berusia 80 tahun ini. Menurutnya, Mauludan, atau peringatan hari lahir Nabi Muhammad pada tanggal 12 bulan Maulud dalam kalender Jawa, merupakan puncak wisata peziarahan di kompleks kraton Kasepuhan dan kraton Kanoman Pada perayaan Mauludan, dilakukan prosesi jamasan atau penyucian benda-benda pusaka kerajaan, dan aneka sesaji digelar di Bangsal Agung Panembahan. Ribuan peziarah datang membaca Al-Quran, berdoa, dan pada puncak perayaan berebut nasi tumpeng Gerebeg Maulud di alun-alun keraton. (wb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: