Hidup di Pulau yang Sama, Kenapa Jawa dan Sunda Beda Bahasa? (Bagian-1)

Hidup di Pulau yang Sama, Kenapa Jawa dan Sunda Beda Bahasa? (Bagian-1)

Masyarakat Jawa dan Sunda tinggal di Pulau Jawa yang sama, tetapi memiliki bahasa yang beda meski ada juga kosa kata yang mirip.-Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:3 Cara Daftar Bansos PKH, BPNT, BLT Tahun 2023, Bisa Mengajukan Sendiri

Selanjutnya Raden Sanjaya yang merupakan menantu dari Tarusbawa menjadi penerus dari takhta Kerajaan Sunda.

Sanjaya adalah seorang raja beragama Hindu. Buktinya adalah candi-candi yang dibangun di Jawa Tengah. Raden Sanjaya ketika itu, berbahasa Sansakerta.

Satu masa, Raden Sanjaya yang ayahnya terusir dari Kerajaan Galuh terbesit keinginan untuk kembali menguasai kerajaan di Ciamis tersebut.

Misi Sanjaya adalah menyerang Galuh. Ternyata misi tersebut berhasil dengan kemenangan. Seketika itu, takhta Kerajaan Galuh kembali ke jalur Brantasena di tahun 723 M lewat keturunannya yakni Sanjaya.

BACA JUGA:Motor Terbakar di Kasepuhan Cirebon, Tidak Ada yang Berani Memadamkan

Takhta Kerajaan Galuh dan Sunda ketika itu, dipimpin oleh Raden Sanjaya. Meski menguasai kedua kerajaan, Raden Sanjaya tidak melakukan merger atau penggabungan. Keduanya tetap dua kerajaan terpisah.

Namun, untuk mengurangi beban kepemimpinannya, Raden Sanjaya memutuskan memberikan takhta Kerajaan Sunda kepada puteranya.

Sebab, di saat bersamaan, Sanjaya juga mendapatkan warisan takhta Kerajaan Kalingga.

Pasalnya, Sanjaya adalah putri dari Mahrani yang merupakan putri dari Kerjaan Kalingga. Wilayah kekuasaan Sanjaya pada waktu itu begitu luas, yakni Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga yang berpusat di Jepara, Jawa Tengah.

BACA JUGA:7 Bansos Kemensos Cair 2023, Simak Daftar dan Cek Data Kamu

Itulah bagian 1 dari perjalanan mengapa Bahasa Sunda dan Jawa berbeda meski masyarakatnya tinggal di satu pulau yang sama yakni Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: