Masjid Jagabayan Cirebon, Tempat Mata-mata Prabu Siliwangi Mencari Pangeran Walangsungsang
Masjid Jagabayan Cirebon yang menurut sejarah berawal dari pos jaga dan didirikan Pangeran Nalarasa pada tahun 1537 M. -Jerrel-Radarcirebon.com
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Masjid Jagabayan Cirebon punya nilai sejarah tersendiri, dan banyak kaitan kisah dengan Prabu Siliwangi dan sang putra Pangeran Walangsungsang.
Di Masjid Jagabayan Cirebon itulah, Prabu Siliwangi mengirim utusan untuk memata-matai Pangeran Walangsungsang.
Saat ini, Masjid Jagabayan Cirebon berada di Jl Karanggetas Nomor 191, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk.
Di hari tertentu, biasanya peziarah atau warga yang hendak tirakat ramai datang ke masjid mungil yang berada di tepi jalan utama tersebut.
BACA JUGA:Kementerian PUPR Buka Lowongan 2.706 PPPK, Disabilitas Bisa Ikut Daftar
Warga yang datang tidak hanya dari wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Bahkan berdatangan dari berbagai daerah di luar Jawa.
Salah satu yang dipercayai adalah khasiat air di Masjid Jagabayan tersebut. Juga melakukan tirakat, salat dan beragam ibadah lainnya.
Mengacu pada sejumlah sumber sejarah, Masjid Jagabayan Cirebon didirikan oleh Pangeran Nalarasa sekitar tahun 1473 M, dan tadinya adalah pos jaga.
Pangeran Nalarasa adalah salah satu patih utusan Prabu Siliwangi dan ketika itu, mendirikan pos jaga yang menjadi sejarah awal Masjid Jagabayan Cirebon.
BACA JUGA:Mengenal Strategi Trading Forex yang Dijamin Menguntungkan
Pos jaga itu, dimaksudkan untuk tempat pemantauan sehubungan tugas yang diberikan oleh Prabu Siliwangi. Yakni, mencari Pangeran Walangsungsang yang merupakan Putera Mahkota Kerajaan Pajajaran.
Tidak hanya mencari Pangeran Walangsungsang, Patih Nalarasa juga ditugaskan Prabu Siliwangi untuk mengintai aktivitas Kerajaan Cirebon yang pada waktu itu baru berdiri dan bercorak Islam.
Namun, informasi yang didengungkan bahwa di Cirebon ada kerajaan baru justru tidak dijumpai Pangeran Nalarasa. Yang ada justru pondok tempat orang mengaji dan sangat ramai.
Di pondok itu, banyak santri-santri yang sedang mengaji. Saat memasuki salah satu pondok Pangeran Nalarasa bertemu dengan Pangeran Walangsungsang.
BACA JUGA:Sticker Happy Family di Mobil Ternyata Bisa Bahaya, Sebaiknya Jangan Dipasang
Namun yang terjadi bukannya membawa Pangeran Walangsungsang untuk kembali ke Kerajaan Pajajaran, Pangeran Nalarasa justru masuk memeluk agama Islam dan tinggal menetap di Cirebon, dan oleh Sunan Gunung Jati diberi gelar Tumenggung Jagabayan.
Menurut Moch Faozan, Juru Kunci Masjid Jagabayan menjelaskan, sebelum adanya masjid di Cirebon, di sinilah tempat musyawarahnya para Wali Cirebon.
Namun, hanya berbentuk pos penjagaan Kerajaan Pakungwati, tepat di depan gerbang Keraton Cirebon. Dari sinilah cikal bakal Masjid Jagabayan terbentuk.
Hingga kini, ada hal unik di Masjid Jagabayan ini yaitu pada malam Jumat Kliwon masyarakat dari berbagai daerah datang untuk melakukan doa bersama dan tawasul.
BACA JUGA:5 Momen Comeback Persib Bandung di BRI Liga 1, David da Silva Paling Sering Jadi Pahlawan
Serta mengirimkan doa kepada para Wali dan Sesepuh Cirebon sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka. Tradisi ini khusus diadakan di Masjid Jagabayan Cirebon mengingat sejarah di balik berdirinya masjid ini.
“Tradisi yang sudah kami lakukan turun-temurun adalah tawasul di malam Jumat Kliwon. Biasanya banyak tamu yang berdatangan untuk melakukan doa bersama dan kegiatan rutin tersebut,” ujarnya.
Selain itu, di sini terdapat sumur yang dipercaya sebagai wasilah keselamatan, dan penjagaan. “Yang terpenting innamal a’malu binniyat terhadap Allah SWT,” tutupnya.
Demikian sejarah dan informasi mengenai Masjid Jagabayan Cirebon yang hingga kini masih bertahan keberadaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: