Musim Hujan, Harga Bata Merah Naik
KRAMATMULYA- Musim penghujan bagi perajin bata merah merupakan masa sulit, karena produksi bata mengalami penurunan. Meski harga dinaikan, tapi kondisi itu tetap saja hasilnya tidak menguntungkan seperti pada musim kemarau. Faktor hujan membuat bata sulit kering. Sehingga yang biasa dalam sebulan bisa membakar satu kali, pada saat hujan bisa empat bulan sekali. Dalam segi bisnis kondisi ini merugikan para perajin. “Tiap hari saya produksi , tetapi bata sulit kering. Ini yang menghambat dalam proses pembakaran. Bagi perajin tentu rugi, karena yang biasa satu bulan harus empat bulan sekali membakarnya,” ujar salah seorang perajin bernama Oman kepada Radar, kemarin (26/12). Pria asal Desa Karangmangu menyebutkan, dengan kondisi tersebut, harga jual naik dari Rp400/bata menjadi Rp520/bata. Harga tersebut harga jual di tempat produksi. Jika jaraknya jauh dari tempat produksi bisa lebih mahal. Bagi perajin cara ini terbilang cara yang ampuh untuk menutup kerugian. Oman menyebutkan, bagi perajin sebenarnya tidak ingin menaikan harga. Karena lebih baik harga Rp400 tapi penjualan melimpah. Namun, kondisi saat ini kenaikan harga bata tak bisa dielakan. Sementara itu, Ooh juga membenarkan, harga naik karena faktor cuaca. Ia sendiri dalam setiap membakar bata rata-rata 40 ribu bata. Jumlah tersebut setara dengan delapan truk. Karena satu truk maksimal mengangkut bata sebanyak 5.000. Untuk pesanan sendiri tidak mengalami penurunan. Karena yang membangun rumah dan proyek selalu ada. Ia sendiri memilih menjual dengan harga di tempat produksi, karena pembeli banyak yang datang sendiri. Pembeli yang datang bukan hanya dari Kuningan, tapi dari luar daerah juga banyak. Yang datang pun mulai dari pemilik material hingga konsumen langsung. “Saya tidak pernah membeda-bedakan harga. Yang penting harga jual sama dengan para perajin yang lainnya,” tandasnya yang mengaku dalam setengah hari kerja, pekerjanya mampu menghasilkan 1000 bata. Dikatakannya, menurut penilaian para pengepul, kualitas bata merah dari Kuningan baik itu Kramatamulya, Karangmangu dan Nanggerang lebih bagus daripada Jatiwangi Majalengka. Maka, tidak heran penjualan tidak pernah sepi. Seperti perajin bata merah lainnya, Ooh berharap, agar cuaca kembali panas. Dengan begitu, selain produksi meningkat juga akan memperoleh keuntungan, karena produksi lebih banyak lagi. Untuk bahan baku bata berupa tanah merah memang saat ini banyak dipasok dari luar kecamatan. Namun, harga masih terbilang normal, sehingga perajin masih mendapatkan untung. Sekadar informasi ketiga desa yang disebutkan merupakan sentra perajin bata merah di Kuningan. Warga menggantungkan hidup dari usaha ini dan sudah menjadi turun temurun. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: