Baasyir Restui Aksi Tholut

Baasyir Restui Aksi Tholut

SOLO - Penangkapan Imron Baihaqi alias Abu Tholut merupakan “berkah” bagi Mabes Polri. Dengan tertangkapnya Imron, seluruh rangkaian scenario terorisme di Indonesia terkuak. Kemarin, polisi  secara terbuka mengumumkan kedekatan Abu Tholut dan  Abu Bakar Baasyir. Tempat yang dipilih pun seakan-akan menantang kubu Baasyir yakni di Solo,  kota tempat keluarga Baasyir tinggal sehari-hari dan juga tempat Ponpes Ngruki didirikan. Kadivhumas Mabes Polri Irjen Iskandar Hasan dan stafnya terbang dengan pesawat khusus ke Solo dan memimpin langsung jumpa pers. Abu Tholut dan tersangka yang lain juga dipertontonkan pada wartawan. Saat dibawa dengan baju tahanan warna oranye, mantan kombatan Afghanistan yang berhasil menembak jatuh helikopter Rusia di Joji, Afghanistan itu tampak tenang. Saat didekati oleh Kapolda Jateng Irjen Edward Aritonang, Abu Tholut bereaksi santai. Dia juga tersenyum pada fotografer yang ramai-ramai meneriakinya. Hanya saja, sorot mata tajamnya tetap tidak hilang. Khas mata prajurit yang selalu awas. Polisi kemarin secara terbuka mengumumkan kedekatan Abu Tholut dengan Baasyir. “Ustad Abu merestui semua kegiatan yang diusulkan Musthofa alias Abu Tholut ini,” kata Irjen Iskandar Hasan. Jenderal bintang dua itu menyebut, Baasyir juga memberi persetujuan pemberian dana untuk operasional lapangan I’dad asykari (latihan militer) di jalin Jantho, NAD. Abu Tholut pernah menerima uang sebesar Rp100 juta melalui Haris Amir  Falah yang diterimakan di Kantor JAT Pejaten Pasar Minggu Jakarta Selatan pada Februari 2009. Dana tersebut kemudian oleh Abu Tholut kemudian digunakan untuk melengkapi persenjataan dan amunisi untuk dipakai oleh para Mujahidin yang melaksanakan latihan di Aceh. “Dengan fasilitas dana itu, Abu Tholut kemudian bersama Ubaid (tertangkap)  dan Dulmatin (tewas) melaksanakan survei ke lokasi pelatihan di Jantho Aceh dan bertemu dengan Yudi dan Tengku Marzuki sebagai peserta pelatihan,” jelas Iskandar. Mengingat fasilitasi dana bersumber dari Abu Bakar Ba’asyir, sekembali ke Solo, Abu Tholut dan Ubaid kemudian melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukannya di Aceh. “Mereka diterima oleh ustad Abu di rumahnya,” kata jenderal bintag dua itu. Kemudian sekitar bulan November 2009, Abu Tholut bersama dengan Dulmatin, Abdullah Sunata, Ubaid, dan Warsito alias Tong Ji sepakat untuk meningkatkan eksistensi pelatihan di Aceh menjadi pelatihan militer bersenjata dan pembentukan Al-Qoidah Serambi Mekkah. “Pada saat itu, kebutuhan pendanaan akan diurus oleh Ubaid yang berkoordinasi dengan Abu Bakar Ba’asyir dan untuk kebutuhan persenjataan diurus oleh Dulmatin, Abdullah Sunata dan Maulana. Sementara untuk pelatihan militernya diurusi oleh Mustaqim dan Abu Tholut,” paparnya. Gerak teror yang mereka lakukan juga memiliki keterkaitan dengan kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada 18 Agustus lalu yang dikendalikan oleh kelompok Toni Togar alias Indra Warman. Alumni pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho Aceh yang lolos dari sergapan Densus 88 dikendalikan oleh Toni dan Fadli sadama dari dalam penjara LP Tanjung Gusta Medan. “Dari keterangan yang berhasil dihimpun dari salah seorang perencana perampokan Bank CIMB Niaga, Fadli Sadama terungkap bahwa uang hasil dari merampok tersebut akan digunakan untuk mendanai teror dan menyerang aset-aset asing beserta warga negara asing (WNA)-nya yang berada di wilayah Pekanbaru dan Lampung,” ujarnya. Iskandar juga menjelaskan rangkaian penangkapan setelah Abu Tholut berhasil diringkus Densus 88 Mabes Polri pada Jumat 10/12 / 2010 lalu. Setelah Tholut tertangkap, secara simultan, Anwar Efendi ditangkap  rumahnya di Pondok Bandeng Kelurahan Kota Bambu Kecamatan Palmerah Slipi Jakarta Barat. “Dia menyembunyikan informasi dan menerima titipan senjata api,” katanya. Pada keesokan harinya, yakni pada 11 Desember 2010, Densus 88 kembali melanjutkan pencarian dan tepat pada pukul 00.00 WIB berhasil menangkap Wardi Alias Edi Alias Jabal di rumah kontrakannya di Jalan Kandang Roda Cibinong Bogor. Densus 88 kemudian melanjutkan penggeledahan dan penyitaan di rumah pria yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang di Kampung Pasir Kabupaten Bogor RT 1 RW 2 Desa Kiara Sari Kecamatan Suka Jaya Cigudeg Kabupaten Bogor. “Di rumahnya, ditemukan satu ucuk senjata api jenis AK 47 beserta 2 magazen, 78 butir peluru Cal 5,56 mm dan 1 pucuk pistol jenis FN Baretta beserta 1 buah magazen 142 butir peluru Cal 22 mm,” jelasnya. Masih di hari yang sama, tepatnya di pukul 16.00 WIB dari keterangan Abu Tholut, Densus juga berhasil menangkap Sukirno alias Kirno di rumahnya di Dusun Besuk Desa Curah Malang Kecamatan Curah Malang Kabupaten Jombang Jawa Timur. Kemudian dari keterangan tersangka, Densus 88 juga berhasil menemukan sejumlah barang berupa 1 pucuk senjata panjang AR 15, 6 buah magazen AR 15, 180 butir amunisi caliber 5,56 mm serta 75 butir amunisi dengan caliber 9 mm. “Semua barang bukti berhasil dikumpulkan setelah Densus melakukan penggeledehan di sebuah Ruko yang menjual Tas dan Souvenir di Kabupaten Tegal,” paparnya. Untuk tersangka teroris terakhir, Sri Puji Mulyo Siswanto juga ditangkap di hari yang sama sekitar pukul 16.30 WIB di rumahnya di Kampung Sedayu Sumur Adem RT 2 RW 1 Kelurahan Banget Ayu Kulon Kecamatan Genuk Semarang Jawa tengah. Tersangka yang kesehariannya bekerja sebagai sopir mobil rental itu tertangkap dengan dugaan ikut menyembunyikan Abu Tholut sebagai Pelaku Tindak Pidana Terorisme. “Di rumahnya, Densus berhasil menemukan barang bukti berupa satu unit mobil roda empat jenis minibus merk Daihatsu Xenia berwarna hitam dengan nomor polisi H 8496 JR yang diduga memiliki keterkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Abu Tholut dan Sri Puji Mulyo Siswanto,” tandasnya. Selang beberapa jam setelah Mabes Polri membeberkan dugaan keterlibatan Abu Bakar Ba’asyir dalam serangkaian tindak terorisme di tanah air, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) langsung membantah. Juru bicara utama JAT yang juga anak Baasyir, Abdulrochim membantah semua tudingan yang dilontarkan Mabes Polri, terkait keterlibatan JAT dan hubungan Abu Bakar Ba’asyir dengan jaringan Abu Tholut. “Kalau JAT secara institusi dikatakan terlibat, jelas itu fitnah dan saya menantang pihak kepolisian membuktikannya. Kalau itu benar-benar secara institusi,” tandasnya. Namun, lanjut Iim, panggilan akrabnya, jika yang dimaksud adalah oknum, yakni anggota yang pernah bergabung menjadi anggota JAT, pihaknya tidak menampik. Sebab, seperti Abu Tholut, memang pernah menjadi anggota JAT. Namun, karena terjadi perbedaan pendapat akhirnya Abu Tholut mengundurkan diri. “Kalau bicara oknum, kami tidak bisa menampikkan. Karena pada kenyataannya Abu Tholut pernah bersama dengan kami dalam JAT. Begitu juga dengan sosok-sosok yang lain,” imbuhnya. Adik Abu Tholut, Kusniyati juga membantah keterangan polisi. “Abang saya difitnah. Kami tidak percaya dengan penjelasan polisi,” katanya pada Jawa Pos kemarin. Kusniyati dan pengacara dari Gabungan Advokasi Imron Baihaqi (GAIB) akan mendatangi rutan Mako Brimob hari ini untuk menjenguk langsung Imron alias Abu Tholut. “Kami menyesalkan penangkapan yang semena-mena. Kakak saya sedang mandi dan dipukul pakai popor senjata di depan anak-anaknya yang masih balita,” kata wanita yang gemar berjilbab pink ini. Secara terpisah, pengamat terorisme Al Chaidar menilai setelah penangkapan Abu Tholut, terorisme di Indonesia belum akan tuntas. “Belum selesai  karena mereka ini sifatnya saling mengkader. Pasti ada penerus-penerus mereka di lapangan,” katanya. Chaidar yang meneliti secara serius gerakan Darul islam itu yakin Tholut pasti sudah punya pengganti di lapangan. “Ideologi mereka mensyaratkan itu, apalagi sekarang ini kelompok ini sudah lintas tanzhim (organisasi),” katanya. Sumber Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) di lapangan  menyebut mereka kini mengejar Zulkarnaen, alias Daud salah satu panglima perang JI yang juga sangat disegani. “Sedang didalami,” katanya. (fin/vj/nan/rdl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: