Pedagang Tak Berbenah

Pedagang Tak Berbenah

CIREBON – Dengan berakhirnya masa kontrak antara Koperasi Pasar Mambo dengan Pemerintah Kota, pada hari ini (15/12) kios yang ada di sepanjang bantaran sungai Sukalila, harusnya direlokasi. Saat Radar melakukan survei kondisi terakhir aktivitas para pedagang, tadi  malam (14/12), suasana Pasar Mambo terlihat lengang. Seperti biasanya, sekitar pukul 21.00, para pedagang Pasar Mambo menutup kios-kiosnya. Grobag dan tempat yang sedianya untuk jualan masih tertata tidak berubah. Para pedagang juga tidak melakukan pengemasan barang-barang dagangannya menjelang relokasi pasar. Praktis, tidak ada aktivitas yang menonjol dari para pedagang Pasar Mambo. Radar menemui  beberapa pedagang yang masih belum pulang. Terkait relokasi, mereka bahkan mengaku tidak tahu. Hanya ada satu pedagang tahu karena membaca koran. Karena menurut beberapa pedagang tidak ada pemberitahuan sebelumnya, baik oleh pihak pemkot dalam hal ini PD Pasar maupun dari pengurus koperasi. “Kok, ga ada pemberitahuan dari Pemkot? Saya tidak tahu mas. Pak H Agus selaku ketua koperasinya diam saja, tidak ada penjelasan. Tidak ada imbauan ataupun yang lainnya. Saya lihat mereka diam-diam saja, mas,” kata Jatah (58) pedagang ayam, anggota koperasi yang warunganya berada di kawasan pasar Mambo. Ny Warni (60), pedagang buah yang mengaku sudah puluhan tahun, sejak 1975, berjualan di kawasan pasar Mambo mengaku, dirinya perihatin dan menolak untuk direlokasi. “Kalau nanti kami di relokasi di Lt 2, mau makan apa mas? Di Lt 2 kondisinya sepi, tidak ada yang beli. Saya pastikan, kalau benar Pemkot memaksa para pedagang harus pindah ke Lt 2, bisa stres, mas,” katanya mengiba. Nono (62), pedagang rokok yang di grobag, mengungkapkan masalah yang paling mendasar, kenapa para pedagang menolak untuk direlokasi di Lt 2 karena soal perut. “Tolong Pemkot pertimbangkan nasib rakyat kecil. Pemkot harus mencari solusi yang terbaik yang sekiranya tidak merugikan rakyat kecil,” harapnya. Menurutnya hal serupa, yakni relokasi ke Lt 2 Pasar Pagi sudah pernah dilakukan sekitar tahun 1995. Tapi para pedagang akhirnya kembali lagi ke bawah, (Pasar Mambo, red). “Dulu sempat ramai. Tapi ujung-ujungnya para pedagang kembali ke bawah lagi. Di atas sepi, siap yang beli?” tuturnya. Sementara Sumarno, pedagang jamu dirinya menolak kalau dipindahkan ke Lt 2 Pasar Pagi. Kalau memang Pemkot memaksa kiosnya harus digusur, dirinya mengaku lebih baik kembali berjualan jamu dengan grobag. “Saya merasa keberatan. Karena konsumen jamu malam hari, kalau di pidah ke Lt 2, siapa yang akan bel? Jadi kalau dipaksa pindah lebih baik saya PKL-an,” tukasnya. (hsn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: