Gemetar, Dahlan Iskan Kunjungi Monumen Keganasan PKI 1948 di Magetan

Gemetar, Dahlan Iskan Kunjungi Monumen Keganasan PKI 1948 di Magetan

Dahlan Iskan--

MAGETAN, RADARCIREBON.COM - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan Minggu lalu bersenam ria di Desa Soco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Jawa Timur.

Sebelum senam, Dahlan Iskan mengunjungi monumen keganasan PKI Madiun tahun 1948 yang lokasinya juga di desa itu.

BACA JUGA:Mario Dandy Mulai di Periksa Polda Metro Jaya Terkait Kasus Pencabulan

Pukul 05.00 pagi Dahlan Iskan sudah meninggalkan hotel di mana dia dan rombongan menginap. Dahlan Iskan pun meminta berkeliling di beberapa tempat yang penuh kenangan di waktu kecil hingga remaja dulu.

Selain berkeliling di desa kelahirannya, Dahlan pun meminta mengunjungi tempat yang sangat bersejarah. Yakni Monumen Penghianatan PKI 1948 di Desa Soco Kecamatan Bendo, Magetan. Namanya Monumen Soco.

Tempat itu merupakan bekas sumur yang dulu dijadikan mengubur para tokoh yang anti-PKI. Ratusan mayat ditemukan bertumpuk di sumur maut itu.

BACA JUGA:Dipanggil Elite PDI Perjuangan Gegara Bertemu Prabowo, Gibran Beri Klarifikasi

Ada pemandangan aneh ketika Dahlan Iskan bersama Nafsyiah Sabri, isterinya mengunjungi monumen tersebut.

Dahlan Iskan tampak tertunduk haru. Matanya kosong memandangi monumen dan nama-nama korban keganasan PKI 1948 yang terabadikan di tempat itu.

Sementara Nafsyiah Sabri merasakan getaran aneh ketika masuk di komplek monumen itu. Seperti tersetrum oleh sesuatu yang tak terlihat. Bahkan Nafsyiah tampak mencari pegangan untuk menahan getaran itu.

BACA JUGA:Jadi Plt Menkominfo, Mahfud MD: Tidak Ingin Ikut Campur Terkait Gosip Politik Johnny G Plate

Dahlan Iskan pantas terharu dan bersedih. Karena sebagian korban yang dikubur di sumur itu ada leluhurnya.

Bahkan, ungkap Dahlan, kakeknya juga menjadi korban keganasan PKI 1948 tersebut. Hanya saja, jasad kakeknya itu hingga sekarang belum ditemukan.

Kakek Dahlan Iskan adalah bernama Kyai Mutaqien. Dia mursyid sekaligus pimpinan di Ponpes Sabilul Muttaqin (PSM) Takeran Magetan. Dia juga menjadi pimpinan atau mursyid tarekat Satariah.

BACA JUGA:PSSI Jalin Kerja Sama dengan JFA, Inilah Poin-poinnya

Dahlan Iskan menjelaskan, ada tiga sumur keganasan PKI 1948. Dua di Desa Soco dan yang satu lagi di tempat yang lain.

Monumen-monumen itu merupakan bekas sumur kosong untuk mengubur tokoh-tokoh yanti-PKI. “Tapi yang terbanyak memang di sumur yang sekarang jadi museum ini,” tambah Dahlan.

Ada dua bukti sejarah di tempat itu. Selain monumen juga ada gerbong kereta api.

BACA JUGA:PT TMB Gelar Tasyakuran Kantor Baru

Gerbong kereta tebu itu milik Pabrik Gula (PG) Redjosari di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Gerbong itu menjadi saksi bisu keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948.

Menurut Kepala Desa Soco, Didik Haryono, ketika pemberontakan PKI 1948, kawasan PG Redjosari digunakan sebagai tempat untuk mengeksekusi tokoh penting dan pejabat pemerintahan.

"Menurut beberapa sumber, pada waktu itu PKI menculik tokoh penting dan pejabat, seperti Kepala Kejaksaan, Kapolres, Bupati Magetan dan ulama alim di Magetan untuk dieksekusi," ujar Didik.

Dia menjelaskan, sebelum pembantaian tersebut dilakukan, salah satu orang dari PG Redjosari membuat rel kereta api tebu dadakan.

BACA JUGA:Saat Silaturahmi dengan Ponpes Al-Zaytun, Kemenag Indramayu Bilang Begini

Rutenya dari jalur rel yang sudah ada tersebut, dibelokkan menuju sumur kosong. Sumur itu yang saat ini menjadi Monumen Soco.

“Para korban pembantaian PKI ini, jenazahnya diangkut dari PG Redjosari ke Soco melalui rel kereta angkutan tebu, lalu dilemparkan ke dalam sumur," jelasnya.

Sebenarnya, ungkap Didik, di sekitar sumur yang saat itu, sudah menjadi pemukiman warga. Sebelum eksekusi dilakukan, warga yang bermukim di sekitar sumur tersebut diperintahkan untuk meninggalkan lokasi untuk sementara waktu. Mereka pun menginap di luar desa maupun di kediaman kerabatnya.

BACA JUGA:Jalin Sinergitas Rupbasan Cirebon Sambangi Markas Batalyon Arhanud 14/PWY

"Setelah kembali, warga mencium bau tidak sedap dari sumur yang sudah lama tidak dipakai. Karena takut dan terganggu dengan bau itu, maka warga sekitar menguburnya dengan tanah dan sampah,” jelas Didik.

“Sampai akhirnya tahun 1990 sumur dibongkar. Ditemukan 108 jenazah di dalamnya. Kerangka korban diangkat dan sebagian dimakamkan oleh keluarga dan sebagian di makamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP)," ungkapnya lagi.

Sebagai tanda tragedi hitam PKI 1948 tersebut, dijadikan monumen. Namanya Monumen Soco yang terletak di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase