Kinerja Guru SDN 2 Tawangsari Disoal

Kinerja Guru SDN 2 Tawangsari Disoal

Malas Mengajar, KS Minta Mutasi Ditinjau Ulang LOSARI - Kuwu dan masyarakat Desa Tawangsari, Kecamatan Losari mengeluh dan kecewa soal mutasi guru yang mengajar di SD Negeri 2 Tawangsari yang dianggap tidak sesuai dengan visi dan misi Desa Tawangsari. Menurut Kuwu Tawangsari, Zaenudin, mutasi tersebut bukan meningkatkan kualitas pendidikan di desa yang terletak di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, tapi malah memperburuk. Indikasi tersebut dapat dilihat dari guru yang mengajar adalah guru yang malas. “Banyak orangtua siswa yang mengeluh kepada saya tentang kualitas guru yang jarang masuk. Kemudian, berdasarkan penelusuran saya, guru baru yang dimutasi ke SD Negeri 2 Tawangsari mempunyai track record yang buruk,” paparnya saat ditemui Radar, kemarin (19/7). Meski Desa Tawangsari merupakan daerah yang terpincil, namun bukan daerah buangan guru-guru yang tidak berkualitas. Justru Tawangsari ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bisa bersaing dengan daerah lain sehingga dapat meraih prestasi yang membanggakan. “Bagaimana pendidikan di desa kami maju, kalau tenaga pendidiknya saja cenderung malas. Tawangsari bukan seperti Nusakambangan yang identik dengan tempat pembuangan orang,” cetus Zaenudin. Terpisah, Ketua Komite Sekolah (KS) SD Negeri 2 Tawangsari, Sawadi mengatakan pihaknya sudah melayangkan suat penolakan mutasi guru kepada Kepala Dinas Pendidikan Kab Cirebon tertanggal 10 Juli 2010. Pihaknya meminta kepada Kadisdik melalui UPT Pendidikan Kecamatan Losari untuk meninjau ulang mutasi guru tersebut. “Ada guru yang masih kami butuhkan dimutasi. Tapi ada guru yang malas malah dipindahkan ke Tawangsari. Ini sangat tidak adil, Tawangsari juga butuh peningkatan kualitas SDM dengan kualitas pendidikan yang memadai dari mulai sarana pengajaran hingga tenaga pendidik yang professional,”  paparnya. Saat dikonfirmasi Radar, Kepala SD Negeri 2 Tawangsari, Amat SPd menolak kalau sekolahnya dikatakan SD buangan. Meskipun jumlah tenaga guru tidak sebanding dengan jumlah siswa, pihaknya tetapa mengedapankan profesionalitas. “Mungkin karena jaraknya yang jauh, jadi dianggap sekolah buangan. Tapi menurut saya relatif. Buktinya, para siswa dapat berprestasi hingga tingkat nasional dalam bidang olehraga,” bebernya. Lanjut dia, pihaknya juga mengakui kalau di sekolahnya masih banyak kekurangan di sana-sini, tapi itu bukan penghalang untuk menelurkan generasi muda Tawangsari yang berkualitas. “Dari jumlah rombel dan kelas juga kita masih kurang sehingga dipadatkan, kita sudah mengajukan tinggal menunggu realisasinya. Untuk guru yang malas, saya rasa tidak demikian,” pungkasnya. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: