KPA Tetap Sebar Kondom
KUNINGAN - Protes Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait penyebaran kondom gratis untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS disikapi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kuningan. Koordinator KPA, Asep Susan Sunjaya tidak memungkiri jika KPA siap mengedarkan sedikitnya 200 ribu pcs alat kontrasepsi berupa kondom untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan. “Tahun ini ada 119 ribu pcss kondom. Semua kondom laki-laki, adapun kondom perempuan hanya 8000-an. Belum termasuk sisa jumlah tahun lalu masih 80.000- an picis,” beber Asep, Minggu (12/1). Material kondom tersebut berasal dari bantuan KPA nasional dalam program pencegahan HIV melalui transmisi seksual. Program ini telah bergulir sejak tahun 2011. Sebelum distribusi kondom, tentu terlebih dulu ia memetakan berbagai tempat beresiko. Contoh kasus di kawasan Sangkanhurip, ia membuat outlet yang mobile. Seperti ke tukang ojek atau germo. Kondom juga disebar kepada orang-orang beresiko yang berhasil dipetakan. Seperti di Kecamatan Cibeureum dan Luragung. Di dua kecamatan tersebut, menurut Asep, resikonya banyak. Pun seperti di kawasan Jalan Langlangbuana yang teridentifikasi sebagai pekerja seks. “Jadi kondom tidak disebar ke anak sekolah atau masyarakat umum. Kita arahkan semua terhadap lokasi dan orang-orang beresiko,” tegas Asep. Dalam pendataan, KPA tidak bekerja sendiri. Tetapi dibantu hasil penjangkauan LSM. Semula tahun 2011 oleh Yayasan Maha Kasih, menyusul bantuan LSM Peta Biru dan LSM Petik. Mereka memotret tempat-tempat beresiko. Dengan KPA juga, mereka mensetup outlet kondom. Kaitan protes MUI, ia sangat menghormati. Bagi KPA, tidak mengedarkan kondom tidak masalah. Tapi mesti dipikirkan secara serius bagaimana cara menutup mata rantai penularan HIV/AIDS. “Ingat, itu bukan hanya tangungjawab kita. Tapi juga tanggungjawab MUI,” tandasnya. Yang alergi kemaksiatan bukan hanya MUI, tetapi KPA dan masih banyak komponen lain. Jika MUI melarang kondom, ia meminta hilangkan dulu esek esek yang secara kasat mata terlihat. Sebab esek-esek itulah awal mula penularan AIDS kepada lelaki beresiko dan ibu rumah tangga yang tidak bersalah akibat tertular suami. Ia mencatat ada 11 ibu rumah tangga terinveksi AIDS di tahun 2013. Itu artinya, virus tersebut telah menimpa orang-orang baik. Siapa yang akan mengingatkan para suami dengan free sex. Maka perlu dukungan stakeholders. KPA sendiri tidak pernah mengusung kondom dalam programnya, tetapi selalu mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan. Salah satunya melalui kondom bagi orang-orang beresiko. “Tolonglah MUI juga memberikan kontribusi terkait masalah yang kasusnya setiap tahun terus bertambah ini. Minimal apa formulasi pencegahan penulaan HIV/AIDS tanpa menggunakan kondom dari MUI,” katanya. Baginya ratusan ribu pcs bantuan kondom mau dikembalikan ke KPA nasional pun tidak masalah. Sebab pengadaan kondom didanai funding luar Asia. Alasannya Asia Tenggara kasus HIV/AIDS-nya paling besar. Tapi Thailand kasusnya menurun terus setelah ada regulasi kondom. “Tapi kita tidak akan mencontoh Thailand lah. Kita akan junjung tinggi kearifan lokal. Yang penting bagaimana HIV/AIDS tidak menular luas kepada masyarakat,” pungkas Asep. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: