Fasilitas Stadion pun Rusak

Fasilitas Stadion pun Rusak

JAKARTA - Kericuhan, rupanya, tak pernah bisa dilepaskan dalam penjualan tiket leg kedua final Piala AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Bedanya, kemarin (26/12) kerusuhan semakin parah karena juga berimbas pada rusaknya fasilitas stadion termegah di Indonesia tersebut. Penyebabnya, kebijakan penjualan tiket kategori III berubah dan berbeda daripada penjualan tiket ketegori I dan II pada 23-24 Desember lalu. Kemarin panitia mengalihkan penjualan tiket sampai ke dalam stadion. Awalnya penjualan hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Namun, antusiasme calon pembeli yang semakin besar membuat panitia berpikir ulang. Sempat terjadi beberapa kericuhan di beberapa titik loket yang dibuka. Bahkan, karena tingginya animo, beberapa calon pembeli mengantre sejak Sabtu lalu (25/12). Mereka rela menginap di depan loket agar tidak kehabisan tiket. Keributan mulai terjadi sejam sebelum loket dibuka pada pukul 10.00. Saat itu para calon pembeli tiket terlihat mendapatkan kupon antrean dahulu. Tapi, jumlahnya kurang dari jumlah para pengantre. Kendati demikian, penjualan tiket tetap dilanjutkan sampai terjual beberapa ratus lembar. Nah, saat ada beberapa penonton yang merasa bakal tak kebagian tiket, mulai terjadi aksi dorong. Tak ayal, beberapa orang lemas karena terjepit sehingga memilih keluar dari antrean walaupun sudah menunggu mulai malam. Pembukaan loket juga sempat tertunda karena di sekitar loket ada seorang laki-laki yang ditemukan tewas. Namun, identitasnya tidak diketahui. Diduga, dia adalah salah seorang pengantre tiket. Sebab, saat ditemukan, dia memakai baju tim nasional. Tapi, Uceng, salah seorang petugas kemanan di stadion, menyangkal. Dia mengatakan bahwa lelaki yang berusia sekitar 50 tahun tersebut pemulung. “Saya kira dia pemulung. Itu lihat di sampingnya, ada karung berisi botol plastik bekas,” katanya meyakinkan. Meskipun demikian, para pengantre tidak terganggu dan tetap berkonsentrasi untuk mengantre. Puncaknya, mereka meneriakkan cacian kepada PSSI dan aksi lempar botol mineral pun terjadi. Saat suasana semakin tidak kondusif, panitia akhirnya mengambil inisitif memecah kerumunan massa. Caranya, calon pembeli yang sudah mendapatkan kupon antrean langsung diarahkan untuk dapat membayar tiket di dalam area SUGBK melalui pintu VIII. Melihat panjangnya antrean, panitia mengubah kebijakan, satu penonton hanya dapat membeli satu tiket dari yang awalnya bisa membeli lima. Penjualan pun mulai dilakukan dengan posisi pembeli ditempatkan di tribun sektor 19 dan penjual tiket berada di balik pagar alias sisi dalam stadion. Karena khawatir tidak kebagian tiket, calon pembeli tidak sabar. Mereka merengsek ke pagar dan berebut untuk mendapatkan tiket terlebih dahulu. Pagar akhirnya jebol karena dorongan yang begitu kuat. Kontan para calon pembeli langsung semburat. Beberapa pengantre bahkan berhasil merampas sekantong tiket dari penjual yang diserbu. Sebagian lagi yang kesal karena tidak mendapatkan tiket melapiaskannya dengan masuk ke lapangan dan meminta panitia segera mengakomodasi mereka. Kericuhan baru bisa dihentikan setelah petugas kemanan masuk stadion dan menertibkan para pembeli tiket. Di sisi lain, panitia menjamin bahwa tiket masih ada. Karena aksi brutal calon pembeli tiket tersebut, 30 ribu tiket yang akan dijual akhirnya tidak bisa disebar seluruhnya.  “Total hanya sekitar 18.000-19.500 yang terjual hari ini (kemarin, red). Jadi, sisa lebih dari 10 ribu lembar lainnya akan langsung kami distribusikan untuk fans (kelompok suporter) saja,” terang Joko Driyono, ketua panpel lokal. Dia menolak disalahkan jika langkahnya, yakni membagi tiket sampai ke dalam SUGBK, menjadi penyebab kerusuhan. Malah, dia menganggap bahwa calon pembeli yang tidak tertib dan mengabaikan aturan panitia membuat suasana tidak kondusif. “Kami ingin memecah antrean karena bisa membuat pengantre berbahaya karena berdesak-desakan. Ternyata mereka tetap saja seperti itu,” ujar pria berkacamata tersebut. (aam/c10/diq)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: