Orang Dalam Bongkar 'Kesesatan' Syech Al Zaytun Panji Gumilang, Seperti Apa?

Orang Dalam Bongkar 'Kesesatan' Syech Al Zaytun Panji Gumilang, Seperti Apa?

Syekh Panji Gumilang pemimpin Mahad Al Zaytun.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Ini ada tulisan menarik menyoal Mahad Al Zaytun dan AS Panji Gumilang sebagai pemimpin tertingginya. Tulisan itu mengupas tentang tudingan sesat pondok Al Zaytun dan Panji Gumilang.

Penulisnya adalah Helmi Hidayat. Tulisan itu berjudul: “Kesesatan” Syech Panji Gumilang dan Orang-orang Suci.

Tulisan itu diunggah di media sosial Facebook. Dan telah dibagikan oleh banyak orang. Juga beragam komentar. Sepertinya Helmi adalah civitas atau orang dalam Mahad Al Zaytun.

BACA JUGA:Dapat Arahan dari Menkopolhukam, Bareskrim Polri Bakal Dalami Kasus Penistaan Agama di Al Zaytun

Seperti apa tulisan Helmi Hidayat itu. Berikut tulisan lengkapnya:

Hampir satu bulan berita tentang Syech Panji Gumilang (SPG) dan Pondok Modern Al-Zaytun mewarnai jagad media massa dan media sosial di Indonesia. Rata-rata menyoroti kesesatan SPG.

Saya tentu prihatin. Tapi, dari semuanya, berita paling memprihatinkan saya adalah kabar dibentuknya tim investigator untuk menyelediki dan memverifikasi ‘’kesesatan’’ yang ditudingkan kepada SPG.

Bagaimana mungkin saya tidak prihatin? Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika seorang anak manusia menuding anak manusia lain sesat?

BACA JUGA:Di Luar Nurul, Tak Habis Fikri! Dicap Sesat, Didemo, Dilabeli Haram, Santri Baru Al Zaytun Tetap Antre

Menurut ajaran Islam, konsekuensi orang sesat (adh-dhaaluun) adalah masuk neraka. Padahal neraka itu milik Allah.

Jadi, mungkinkah orang-orang itu menuding SPG sesat padahal mereka tak punya neraka? Karena neraka punya Allah dan hanya Allah yang berhak memasukkan para hamba-Nya entah ke surga atau ke neraka.

Pertanyaan saya: apakah orang-orang yang hendak melakukan investigasi ‘’kesesatan’’ Syech Panji Gumilang itu adalah orang-orang suci yang pasti masuk surga?

BACA JUGA:Keluar dari Ruang Sidang, Bunda Fifi Sampai Menangis, Berikut Ini Keputusan Majelis Hakim

Menurut ajaran Islam di dalam Al-Quran dan hadits Nabi SAW, di hari kebangkitan setiap manusia akan diadili di Gurun Mahsyar. Semua kita belum tahu, apakah kita masuk surga atau neraka.

Kita hanya bisa berdoa dan berharap masuk surga. Tapi siapa yang tahu ke mana kita akan digiring di Gurun Mahsyar nanti?

Nah, kalau status semua kita di akhirat nanti kita belum tahu pasti, lalu siapa sesungguhnya orang-orang yang berteriak meminta investigasi dilakukan terhadap SPG dilakukan? Orang-orang suci yang sudah pasti masuk surgakah mereka?

BACA JUGA:Liga 1 Menggerakkan Ekonomi Rp9 Triliun, Sponsor Utama Kembali Dipegang BRI

Mari kita lihat beberapa kasus yang ditudingkan kepada SPG hingga ia dituduh menyebarkan ajaran sesat.

SPG dituduh sesat, misalnya, akibat pernah menyelenggarakan salat idul fitri di mana lelaki berdiri sejajar dengan perempuan menghadap Allah SWT.

Saya mau tanya di mana letak kesesatan itu? Di Masjidil Haram jamaah lelaki dan perempuan berdiri sejajar, bahkan jamaah lelaki salat di belakang jamaah perempuan?

Di Masjid Nabawi di Madinah, saat salat jamaah lelaki juga berdiri sejajar dengan jamaah perempuan. Hanya saja ada tirai yang membatasi mereka? Jika Anda lihat dari atas, mereka sejajar bukan?

BACA JUGA:Puasa Tarwiyah dan Arafah Kapan? Ini Keutamaan Puasa Jelang Idul Adha

Mengapa energi negatif mereka yang menuding SPG sesat tidak dibalik menjadi positif saja? Dengan berasumsi SPG sedang membela harkat dan martabat kaum perempuan. Dalam Islam bahwa posisi mereka sejajar di hadapan Allah SWT seperti tertera dalam surat An-Nisaa ayat 124.

SPG pernah menyatakan tujuan berhaji bukan orang ingin mati lalu minta dikubur di tanah suci. Di mana salahnya? Bukankah tujuan ibadah haji memang bukan itu, tapi agar pelakunya mendapatkan predikat haji mabrur di mata Allah SWT.

Kata ‘mabrur’ itu Bahasa Arab, artinya penuh ’al-birru’ atau kebaikan sosial. Jadi, jika ada orang pergi haji, dia diharapkan balik ke tanah air lalu menebar ‘al-birru’ buat masyarakat sekitar.

Seperti yang dilakukan Haji Imam Bonjol dan Haji Pangeran Diponegoro, yang mengobarkan semangat bela tanah air sepulang berhaji.

BACA JUGA:Puasa Tarwiyah dan Arafah Kapan? Ini Keutamaan Puasa Jelang Idul Adha

Jadi, kalau SPG menegaskan dikubur di tanah air juga tidak kalah mulia dibanding dimakamkan di tanah suci Makkah atau Madinah, di mana letak kesesatannya?

Bukankah pernyataan itu malah menunjukkan betapa nasionalis seorang Panji Gumilang? Dia sangat cinta tanah air!

SPG dituding menebar ajaran sesat karena mengatakan ia mengikuti mazhab Bung Karno. Tudingan ini juga lucu. Di mana letak kesesatannya?

Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Syafii, Daud Az-Zahiri, Imam Ja’far Ash-Shiddiqi, dan banyak lagi imam dalam ilmu fiqih, mereka semua tentu orang-orang hebat dan cerdas.

Tapi, ingat dan catat baik-baik, menurut ajaran Islam, mereka adalah orang-orang biasa, bukan nabi. Karena itu mereka serta Bung Karno pasti akan berdiri sejajar dengan kita semua di Gurun Mahsyar lalu menjadi orang-orang yang diadili di hadapan pengadilan Allah SWT. 

BACA JUGA:Akhirnya, FPI Demo Bubarkan Al Zaytun di Jakarta, Panji Gumilang Bakal Terpojok?

Jadi, mengapa jika Anda mengatakan bermazhab Imam Syafii boleh, tapi SPG dianggap sesat saat mengatakan ia bermazhab Bung Karno. Padahal Imam Syafii dan Bung Karno sama-sama bukan nabi?

Oh, mungkin orang-orang itu berpendapat, ‘’tapi Bung Karno kan bukan ahli fiqih?’’ Fiqih itu Bahasa Arab, artinya ‘’understanding’’ dalam Bahasa Inggris.

Bung Karno memang tidak melahirkan mazhab dalam fiqih, tapi dia, Anda, kita semua, berhak melakukan ‘’understanding’’ terhadap ajaran Islam berhadapan dengan zaman dan masyarakat yang terus berubah.

Bukankah Anda memilih Islam karena meyakini agama ini kompatibel dengan segala zaman, cocok dengan segala tempat, kenyal berhadapan dengan karakter masyarakat apa pun, sampai kiamat nanti?

BACA JUGA:Antisipasi Libur Idul Adha, PT KAI Tambah Perjalanan Kereta Api, Catat Tanggalnya

Jika demikianlah keyakinan Anda, seharunya Anda yakin Islam adalah agama yang berwatak liberation alias membebaskan para penganutnya dari pikiran jumud.

Lihatlah Imam Syafii. Saat tinggal di Baghdad, ia punya pendapat lama (qaul qadiim). Tapi, waktu pindah ke Mesir lalu melihat kondisi sosial-politik-ekonomi-budaya yang berbeda, pemikir rasional yang cerdas ini mengubah mazhabnya sendiri dengan pendapat baru (qaul jadiid).

Imam Syafii tercatat wafat  pada 19 Januari 820 M atau 1203 tahun dari sekarang. Jika kondisi Baghdad dan Mesir di masa Imam Syafii saja bisa membuat tokoh cerdas dan inovatif itu melahirkan cara pandang baru dalam ‘’fiqih’’, dalam ‘’understanding’’.

Mengapa jarak 1000 tahun lebih dari masa Imam Syafii kepada masa kita saat ini tidak membuat Anda tergiur untuk hijrah dari pikiran lama?  Lalu mudah sekali menuduh orang lain sesat hanya karena berbeda pandangan fiqih?

BACA JUGA:Jelang Idul Adha, Cirebon Power Distribusikan 58 Hewan Kurban untuk Warga Sekitar

Bung Karno, sekali lagi, memang tidak melahirkan mazhab fiqih. Tapi interaksinya dengan 20 lebih pemikir Timur Tengah di zaman ia hidup, antara lain dengan Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Ali Pasha, dan lain-lain, semua itu membuatnya berani melakukan ijtihad dalam Islam.

Sebagai contoh, Bung Karno berani meninggalkan rapat Muhammadiyah di Bengkulu pada Januari 1939 hanya untuk menunjukkan kritiknya terhadap penggunaan tabir yang memisahkan kaum lelaki dan perempuan dalam rapat itu.

Sesatkah Bung Karno dengan sikapnya itu? Tentu tidak sebab sang proklamator saat itu justru tengah membela harkat dan martabat kaum perempuan. Tabir di mata Bung Karno adalah simbol perbudakan terhadap kaum perempuan!

Kembali pada Syech Panji Gumilang, ia juga dituding sesat sebab menjadi pendukung berdirinya Negara Islam Indonesia, sementara pesantren yang dipimpinnya sekadar menjadi topeng.

BACA JUGA:Antisipasi Libur Idul Adha, PT KAI Tambah Perjalanan Kereta Api, Catat Tanggalnya

Soal ini sebenarnya sudah dibantah oleh SPG sendiri bahwa sejarah NII sudah terkubur pada 1962 ketika semua pendukung NII kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi berdasarkan ideologi Pancasila.

Tapi, sebutlah benar SPG ingin mendirikan NII. Coba jawab pertanyaan saya: sesatkah ajaran dan pikirannya?

Jika gara-gara gagasannya mendirikan NII dia dianggap sesat, konsekuensi sesat adalah masuk neraka. Itu artinya orang-orang yang menganggap SPG sesat harus juga menganggap Arab Saudi dan Republik Iran adalah sesat dan masuk neraka. Sebab mereka bukan cuma berpikir, tapi sudah mendirikan negara Islam.

Kawan, saya juga pendukung Pancasila sebagai ideologi negara kita. Pendukung berat Republik Indonesia yang tidak didirikan atas dasar satu agama apa pun.

Negeri kita ideal sebagai laboratorium raksasa yang mempertontonkan indahnya multikulturalisme.

Tapi, saya tak akan menuduh siapa pun yang bermimpi tentang NII sebagai sesat. Sebab, sebenarnya mereka hanya berbeda pandangan dengan saya dalam konsep bernegara.

BACA JUGA:HEBOH Pemilik Rumah Mewah Dekat Kuburan di Kuningan, Ongkos Pembangunan Tembus Rp5 Miliar, BerikutIni Usahanya

Berhati-hatilah dengan label sesat-menyesatkan. Jika Anda tidak setuju dengan tafsir seseorang tentang ayat-ayat Al-Quran, lawanlah ia dengan tafsir tandingan, bukan dengan label sesat dan kafir.

Jika Anda tak setuju dengan pemikiran dan pesantren Syech Panji Gumilang, jangan kerahkan 100.000 demonstran. Lalu Anda suruh mereka berteriak-teriak sesat.

Tapi, bangunlah pesantren tandingan dengan pikiran-pikiran tandingan pula. Tafsir dilawan dengan tafsir, argumentasi diperhadapkan dengan argumentasi, rasio versus rasio. Inilah tradisi Islam sesungguhnya.

Jika pikiran, mazhab dan argumentasi Anda dirasa paling benar oleh masyarakat dan semua orangtua santri di mana pun, maka Pesantren Al-Zaytun akan mati dengan sendirinya.

Bukan oleh demonstrasi, bukan oleh fatwa ulama yang didasarkan atas entah mazhab apa. Juga bukan oleh keputusan Kementerian Agama yang ingin membekukan pesantren besar dan megah ini tanpa melewati proses pengadilan terlebih dulu.

BACA JUGA:OMODA 5 Menduduki Peringkat Keenam dalam Penjualan Mobil Ekspor di China

Di zaman Orde Baru kita pernah marah pada Departemen Penerangan. Yang seenak udelnya membreidel sebuah koran atau majalah. Hanya berdasarkan tafsir sepihak pemerintah.

Lalu, mengapa sekarang kita tidak melakukan protes yang sama jika pemerintah ingin menutup sepihak sebuah perguruan dan pemikiran?

Jika ingin menjadi bangsa beradab, mari konsisten menjadikan hukum -- bukan tafsir di kepala kita masing-masing -- sebagai panglima. Inilah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada kita. 

Jika benar Anda seorang Muslim dan benar-benar sayang pada Pesantren Al-Zaytun, mestinya terpatri di kepala Anda bahwa pesantren ini adalah aset umat Islam terbesar di Asia Tenggara. 

BACA JUGA:Daihatsu Goes to Campus Sambangi Universitas Indonesia

Saya menduga, maaf jika dugaan saya salah, banyak orang tergoda untuk merebut pesantren ini dengan cara mudah dan biaya murah. Karena itu jangan mudah terpengaruh propaganda ‘’sesat’’, tapi teruslah bersikap rasional.

Camkan baik-baik. Kita bukan orang-orang suci pemilik neraka. Yang berhak menentukan si dia sesat calon penghuni neraka. Si dia sangat saleh calon penghuni surga.

Sebagaimana mereka yang gemar melemparkan label ‘’sesat’’ kepada pemikiran Syech Panji Gumilang juga belum pernah membangun neraka. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase