Waspada Siklus Lima Tahunan DBD

Waspada Siklus Lima Tahunan DBD

KESAMBI– Selain banjir, musim penghujan membawa beberapa penyakit. Di antaranya, paling sering dan umum adalah demam berdarah (DBD). Penyakit ini berasal dari nyamuk yang berkembang biak di air yang tergenang dan kotor. Pasca banjir perkembangan nyamuk semakin bertambah. Selain itu, tahun 2014 ini merupakan fase pola lima tahunan siklus DBD. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon dr H Edy Sugiarto MKes mengatakan, air hujan yang mengalir dan meluap dari sungai dipastikan bercampur dengan berbagai benda. Mulai dari lumpur hingga sampah. Karena itu, langkah antisipasi pencegahan dan pengobatan sudah dipersiapkan oleh dinkes. “Musim hujan begini banyak yang sakit flu hingga DBD,” terangnya. Terpisah, Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kota Cirebon Memet Slamet SKM menjelaskan, langkah antisipasi DBD dilakukan dengan cara mendistribusikan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk. Tidak hanya itu, foging atau penyemprotan dilakukan Dinkes di beberapa daerah yang memenuhi syarat. “Kalau tingkat perkembangan jentik nyamuk tinggi, biasanya kasus DBD banyak terjadi. Daerah seperti ini menjadi target foging,” ujarnya. Tahun 2014 ini disebut sebagai pola lima tahunan DBD. Biasanya, tingkat penularan semakin tinggi dan jumlah kasus bertambah. Karena itu, lanjut Memet, dinkes telah menyiapkan foging untuk 10 Kelurahan yang banyak terdapat kasus DBD. “Rencananya bulan Februari akan kami lakukan. Kelurahan mana saja, belum dapat kami sampaikan,” tukasnya. Siklus lima tahunan DBD di 2014 ini, diperparah dengan adanya banjir. Biasanya, pola lima tahunan DBD membawa lonjakan kasus DBD hingga 100 persen. Akibat penyakit DBD bisa menimbulkan kematian. Berdasarkan data yang ada, kata Memet, Kota Cirebon terdapat 313 kasus DBD dengan tiga orang diantaranya meninggal. Hal itu terjadi, karena terlambat diberikan pertolongan dan trombosit semakin rendah. “Daya tahan tubuh menjadi turun, shock dan meninggal,” terangnya lagi. Pencegahan awal untuk yang terjangkit DBD, minum air putih sebanyak mungkin serta makan buah dan sayur. Terbaru, dinkes telah menyebarkan surat bernomor 443.33/052/Dinkes tentang kewaspadaan penyakit dan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sehubungan dengan curah hujan tinggi, dinkes juga mengimbau kepada puskesmas agar meningkatkan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Terutama untuk penyakit yang berhubungan dengan air. Seperti, diare dan disentri. Tidak hanya itu, tempat perkembangbiakan nyamuk DBD dan sejenisnya, harus diperhatikan. “Dinkes meminta puskesmas waspada dan terus melakukan pencegahan berbagai penyakit akibat hujan dan banjir khususnya,” ucap Memet. Meskipun demikian, ujarnya, bencana alam tidak dapat ditolak. Namun, wabah penyakit dapat diantisipasi. Dari bencana akan timbul wabah penyakit. Sebagai contoh, saat banjir kurang air bersih dan menimbulkan banyak penyakit, mulai dari diare hingga DBD. Karena itu, lanjut Memet, langkah antisipasi dilakukan secara cepat oleh dinkes. Hal ini sama seperti tahun 2011 lalu. saat itu, tidak terjadi wabah akibat banjir dan air hujan. Meskipun telah siaga banjir, hingga berita ini diturunkan, belum ada lonjakan jumlah pasien di puskesmas-puskesmas. Khususnya, untuk laporan penyakit DBD dan diare berat. “Kalau hanya flu biasa, itu banyak,” ujarnya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: