Anggaran Listrik 4 Sekolah Rp1,2 M

Anggaran Listrik 4 Sekolah Rp1,2 M

KEJAKSAN– Komisi C DPRD mengadakan rapat dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, kemarin. Agenda awal membahas berbagai kebijakan dunia pendidikan dan pos anggarannya. Rapat dipimpin Wakil Ketua Komisi C, Andi Riyanto Lie. Hadir pula anggota komisi C lainnya seperti Iko Pekasa, Bagus Pribadi dan Een Rusmiyati. Seluruh wakil rakyat itu terkejut mengetahui ada anggaran Rp1,2 miliar hanya untuk biaya listrik empat sekolah. Andi Riyanto Lie mencecar berbagai pertanyaan untuk Kepala Disdik, Anwar Sanusi SPd MSi yang hadir bersama seluruh kepala bidang dan jajaran terkait. Politisi Golkar itu menanyakan alasan anggaran Rp1,2 miliar/tahun hanya untuk biaya listrik 4 sekolah unggulan. “Bantuan untuk SPP gratis sudah ada Rp10 miliar. Kenapa ada tambahan Rp1,2 miliar hanya untuk listrik,” tanyanya keheranan. Anggaran tersebut, diperuntukan bagi biaya listrik untuk SMAN 1, SMAN 2, SMAN 6 dan SMKN 1. Masing-masing sekolah favorit itu, mendapatkan dana tambahan Rp300 juta/tahun, di luar dana BOS kota dan dana lainnya. Sedangkan, untuk sekolah lainnya, tidak mendapatkan dana tambahan untuk pembayaran rekening listrik. Selain itu, lanjut Andi, lebih memprihatinkan lagi, anggaran Rp1,2 miliar itu hasil dari memotong subsidi sekolah non unggulan sejumlah Rp32 ribu/bulan/siswa. “4 sekolah itu diistimewakan sekali. Jangan kaget kalau kasus PPDB terulang tahun 2014 ini,” ucapnya dengan geram. Hal ini menunjukan ada perlakuan berbeda dari disdik. Seharusnya, lanjut Andi, sekolah non unggulan seperti SMAN 9, misalnya, ditingkatkan kualitas sarana dan prasarana agar bersaing dengan sekolah unggulan. Jika masih seperti itu pola pikir disdik, Andi sangat yakin seluruh pendaftar siswa baru akan memilih empat sekolah favorit itu, dan meninggalkan sekolah lainnya. Hal senada disampaikan Bagus Pribadi. Menurutnya, jika ada anggaran tambahan Rp1,2 miliar, seharusnya diajukan ke APBD. “Bukan memotong subsidi sekolah non unggulan,” sesalnya. Angota Komisi C, Iko Pekasa menyatakan anggaran listrik sekolah yang mencapai Rp300 juta/tahun menunjukan tidak ada efisiensi dan faktor penting ini tidak diperhitungkan. “Menurut saya, ini rawan,” ucapnya. Dengan memanjakan 4 sekolah favorit, disdik melalaikan efisiensi masing-masing sekolah itu. Padahal, pendidikan adalah hak setiap warga. Artinya, bukan berarti hanya orang kaya yang sekolah unggulan. Sedangkan, anggota komisi C Een Rusmiyati menegaskan, kebijakan disdik memberikan anggaran Rp1,2 miliar hanya untuk biaya listrik 4 sekolah favorit, sangat menyakiti hati masyarakat Kota Cirebon yang miskin. Juga, menyakiti sekolah yan dianggap bukan favorit. Pada akhirnya, Een meyakini semua siswa berebut duduk di kursi SMAN 1, SMAN 2, SMAN 6 dan SMKN 1. Jika sudah demikian, kericuhan PPDB setiap tahun akan terus terjadi. Kepala Disdik Anwar Sanusi mengatakan rekening listrik 4 sekolah favorit itu memang tinggi. “Kami dicap menghabiskan anggaran. Itu (Rp1,2 miliar untuk listrik 4 sekolah) mengurangi beban masyarakat,” terangnya. Jika anggaran harus dibagi rata antara SMAN 1 dengan SMAN 9, hal itu tidak adil. Sebab, kegiatan siswa di sekolah favorit seperti SMAN 1 sangat tinggi. Berbeda dengan siswa di sekolah non favorit seperti SMAN 9. Terkait pemanjaan untuk 4 sekolah itu, Anwar menyebut karena sejak masih RSBI sudah dimanjakan. Di mana, seolah-olah 4 sekolah itu terbaik dari yang terbaik. Untuk efisiensi, sifatnya naik turun. Karena itu, sekolah tidak bisa berhemat sama setiap bulan. Sesuai Peraturan wali Kota (Perwali) terkait LKS dan anggaran lainnya, disebutkan bahwa untuk honor wali kelas di SMAN 1 dengan SMAN 9 tidak dibedakan. Sedangkan untuk anggaran listrik dan PDAM serta anggaran lainnya, boleh dibedakan. “Anggaran tambahan Rp1,2 miliar untuk subsidi listrik 4 sekolah favorit, diperbolehkan,” ujarnya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: