JKN Honorer dan PKL Minta Dipikirkan

JKN Honorer dan PKL Minta Dipikirkan

KUNINGAN – Tenaga honorer baik kategori 2 maupun nonkategori diminta agar dipikirkan, terkait program pemerintah jaminan kesehatan nasional (JKN) yang sedang digalakkan. Begitu pula para pedagang kaki lima (PKL) yang mengandalkan modal usahanya dari pinjaman rentenir. Pemerintah diharapkan jangan tutup mata melihat kondisi yang dialami mereka. Pernyataan itu dilontarkan salah seorang praktisi hukum sekaligus caleg Partai Gerindra nomor urut 12, Abdul Haris SH, kemarin (21/1). Itu seiring dengan penyerapan aspirasinya, ketika menyosialisasikan diri sebagai calon legislatif. “Kabarnya perangkat desa mendapatkan jaminan kesehatan nasional (JKN) yang masuk kategori PBI (penerima bantuan iuran). Masa guru honorer enggak dapat? Ingatlah bahwa, mereka juga abdi negara yang menentukan baik buruknya generasi penerus bangsa,” teriak Haris. Selain guru honorer, menurutnya, para PKL pun patut mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ia melihat kondisi para PKL di Desa Cilimus yang sangat memprihatinkan. Mereka yang sebelumnya berjualan di jalan H Bakri, dipindahkan ke tempat relokasi yang bernama Pujasera Cilimus. “Coba tengok sekarang, tempat jualannya sepi pembeli. Kasihan kan mereka. Sudah mah modal diperoleh dari pinjaman rentenir. Untuk kebutuhan makan sehari-hari jadi minjem lagi, karena dari pagi sampai sore enggak ada yang beli,” ketusnya. Mereka, lanjut Haris, wajib diperhatikan pemerintah. Bukan hanya mengupayakan tempat yang strategis, tapi mereka juga sangat layak untuk mendapatkan JKN dengan kategori PBI. “Coba data lagi berapa banyak PKL yang kini sedang menjerit. Mereka butuh perhatian. Mereka juga butuh JKN tanpa harus membayar iuran. Pemerintah jangan sampai melupakan rakyat kecil,” tandas dia. Kemarin (21/1) Haris terlibat obrolan serius dengan para PKL di Pujasera Cilimus. Ia mengeluskan dada mendengar keluh kesah mereka yang seolah dianaktirikan. Jika kondisinya tetap seperti itu, maka pihaknya khawatir sebentar lagi bakal gulung tikar. Hal itu dibenarkan oleh Yeyen, pedagang nasi di Pujasera Cilimus. Ia menuturkan, tempat barunya sangat sepi. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, terpaksa harus minjam sana-sini. “Benar-benar sepi. Lokasinya di belakang tempat parkir delman. Semua yang jualan di sini mengeluh,” tutur Een. Sama halnya dengan Een, penjual kelontongan. Sejak pagi sampai sore, omzet penjualannya menurun drastis. Bahkan nyaris tak ada pembeli. Ia meminta agar kondisi yang menimpa para PKL diperhatikan oleh para pemimpin. “Tolong pikirkan nasib rakyat kecil. Kami sudah mau digiring dari jalan H Bakri ke sini pertanda patuh. Tapi kok jadi seperti ini,” ketusnya. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: