Mangkuk Merah Ritual Panggilan Perang Suku Dayak Melawan Jepang, Tentara Kaisar Tak Berkutik di Kalimantan

Mangkuk Merah Ritual Panggilan Perang Suku Dayak Melawan Jepang, Tentara Kaisar Tak Berkutik di Kalimantan

Mangkuk Merah ritual perang Suku Dayak melawan Jepang. Foto:-Istimewa-Net-

RADARCIREBON.COM - Suku Dayak dari Seluruh Kalimantan Barat bersatu melawan Jepang pada tahun 1945 sebelum Indonesia merdeka.

Perang antara Suku Dayak Kalimantan dan tentara Jepang terjadi pada 1944 hingga 1945, baru mereda setelah Jepang dikalahkan oleh sekutu kemudian kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Jakarta.

Perang ini dilatarbelakangi tindakan sewenang-wenang Jepang terhadap rakyat Kalimantan. Terutama setelah dua perusahaan mereka masuk yakni Nomura dan Sumitomo yang bergerak di bidang pertambangan dan perkayuan.

Puluhan ribu orang bekerja sebagau buruh di perusahaan tersebut. Sebagian besar adalah buruh kasar dan merupakan anggota Suku Dayak.

Tindakan Jepang yang sewenang-wenang menimbulkan sejumlah gejolak. Ketegangan antara buruh dengan pihak perusahaan dan tentara Jepang tidak terhindarkan hingga terjadi kontak fisik.

Puncaknya, Suku Dayak yang sudah semakin marah dan muak sepakat melakukan perlawanan. Ritual Mangkuk Merah pun dilakukan.

Ritual ini adalah simbol panggilan perang Suku Dayak. Panggilan perang sampai mati yang disampai kepada seluruh anggota Suku Dayak tanpa terkecuali.

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Pedagang Pasar Junjang Demo, Truk Proyek Disuruh Putar Balik

BACA JUGA:NGERI! Kehebatan 'Pasukan Hantu' Suku Dayak Melawan Belanda, Bikin Tentara Musuh Kocar-kacir

Mangkuk Merah ini dibawa dari satu desa ke desa lain. Menjadi simbol yang memiliki makna sakral. Simbol komunikasi yang bermakna mendalam bagi Suku Dayak. Tidak bisa diabaikan.

Jika seseorang dayang membawa Mangkuk Merah, itu artinya permintaan bantuan untuk berperang. Ritual itu dilakukan ketika rakyat sudah jmuak dengan perlakuan Jepang.

Riabun suku Dayak pun bersatu lewat panggilan Mangkuk Merah. Lewat ritual ini, mereka juga yakin bahwa roh nenek moyang akan menyertai perjalanan mereka.

Maka, dengan keberanian setebal baja, pasukan Suku Dayak Kalimantan bergerak serentak melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang.

Sejumlah tokoh Suku Dayak yang memimpin perlawanan tersebut Pang Suma, Pang Rati, Pang Iyo dan Djampi (tokoh Dayak Iban).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: