Golkar Klaim Elektabilitas 26 Persen

Golkar Klaim Elektabilitas 26 Persen

JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie memercayai siklus kemenangan partai yang dipimpinnya akan hadir lagi pada Pemilu 2014. Ical -sapaan akrab Aburizal- menilai, Pemilu 2014 merupakan momentum kemenangan beringin sama dengan kemenangan pada Pemilu 2004. “Golkar selalu siap hadapi apa saja. Sejak didirikan, selalu nomor satu dan nomor dua. Kalau tahun buntutnya empat, selalu nomor satu,” ujar Ical di sela-sela pembukan rapat koordinasi nasional (rakornas) di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta. Menurut Ical, tanda-tanda kemenangan Partai Golkar sudah terlihat. Soliditas organisasi sudah terukur hingga daerah. Termasuk kinerja partai yang dinilai mendapat sambutan positif dari publik. “Itu fakta lapangan yang didapat melalui survei,” ujarnya. Ketua Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu Sharif Cicip Sutardjo menambahkan, survei internal yang dilakukan Partai Golkar merekam pandangan responden di 77 daerah pemilihan. Survei berbasis dapil diklaim memiliki akurasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan survei nasional. Dinamika politik lokal dan preferensi pemilih bisa diketahui. “Dengan jumlah responden sekitar 3.200 orang, jelas survei per dapil lebih akurat jika dibandingkan dengan survei nasional yang biasanya hanya melibatkan 1.200-2.500 responden,” tambahnya. Hasilnya, elektabilitas Partai Golkar paling tinggi jika dibandingkan dengan partai lain. Sharif mengatakan, elektabilitas Partai Golkar berdasar survei dapil menembus angka 26 persen. “Kinerja Golkar makin hari makin baik,” klaimnya. Meski begitu, survei internal Partai Golkar belum menunjukkan tanda menggembirkan bagi pencapresan Ical. Cicip menjelaskan, posisi Ical menempati urutan kedua sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi, di bawah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. “Jokowi meraih elektabilitas 26 persen, ARB (Ical, red) 14,4 persen, Prabowo Subianto 10 persen, Wiranto 6,6 persen,” ujar Cicip. Politikus yang juga menjabat menteri perikanan dan kelautan itu menjelaskan, responden survei 30 ribu orang. Apabila nama Jokowi dikeluarkan, lanjut Sharif, otomatis ARB melonjak ke posisi pertama. “Kalau Jokowi tidak ada, ARB 20 persen, Prabowo Subianto 17 persen,” tandasnya. (bay/c4/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: