Ketika 20 Kecamatan Masuk Zona Bencana Alam

Ketika 20 Kecamatan Masuk Zona Bencana Alam

Kendati damai dan tenteram, namun wilayah Kabupaten Kuningan ternyata masuk wilayah rawan bencana alam. Kondisi alam yang berbukit-bukit ditambah curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya membuat potensi bencana selalu ada. Warga pun diminta untuk selalu waspada setiap kali hujan deras terus mengguyur di wilayahnya. Kewaspadaan dan kesiagaan warga mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana, menjadi andalan guna meminimalisir terjadinya korban jiwa. Agus Panther, Kuningan Badan Geologi sudah membuat daftar kecamatan yang masuk zona bencana alam. Tercatat ada 20 kecamatan yang masuk dalam daerah rawan longsor. Sebanyak 13 kecamatan di antaranya berada dalam kategori pergerakan tanah tinggi. Dari 20 kecamatan itu, tujuh kecamatan masuk pada potensi gerakan tanah menengah, dan 13 kecamatan sisanya masuk potensi gerakan tanah tinggi. Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja (Kadinsosnaker) Drs H Dadang Supardan MPd dalam sebuah kesempatan menyebutkan, ke 13 kecamatan yang berada dalam pergerakan tanah tinggi adalah Kecamatan Subang, Selajambe, Garawangi, Cidahu, Pasawahan, Ciwaru, Karangkancana, Cigugur, Jalaksana, Lebakwangi, Ciawigebang, Ciniru, Luragung, dan Cibingbin. Sementara tujuh kecamatan yang berpotensi pergerakan tanah menengah yaitu Kecamatan Cilimus, Kuningan, Kramatmulya, Mandirancan, Kadugede, Pasawahan, dan Darma. Dia menjelaskan, wilayah yang mempunyai potensi pergerakan tanah tinggi itu berada di wilayah timur dan selatan Kuningan seperti Cibingbin, Cidahu, Ciwaru, dan Karangkancana. Kondisi curah hujan tinggi sangat berpotensi memicu pergeseran tanah. Karena itu, tak heran dalam beberapa waktu terakhir daerah tersebut kerap dilanda tanah longsor. Sementara pada zona berpotensi menengah berada pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau lereng yang mengalami gangguan. Kondisi itu juga sangat dipengaruhi dengan curah hujan di atas normal. \"Perlu diwaspadai juga untuk daerah Kecamatan Pasawahan, Jalaksana, dan Mandirancan yang berada di daerah berbukit dan terdapat banyak sumber mata air, pergerakan tanah di daerah tersebut tergolong menengah-tinggi, namun berpotensi terjadi banjir bandang,\" kata Dadang. Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Sri Ucu Sukmawati mengatakan, sepanjang catatan dan laporan yang diterima BPBD di tahun 2013, longsor pertama terjadi pada 17 November di RT 18 Lingkungan Talahab Kelurahan Citanggu Kecamatan Kuningan. Longsor melanda sebuah tebing di daerah tersebut. Longsor berikutnya terjadi pada 18 November di empat titik lokasi. Yakni di RT 17 Lingkungan Talahab Kelurahan Citanggu, menyebabkan sebuah rumah warga rusak parah. Longsor lainnya di Desa/Kecamatan Ciwaru yang menyebabkan dua unit rumah terancam longsor. Selain itu, longsor juga melanda Desa Cipakeum, Kecamatan Maleber yang menyebabkan satu unit rumah dan jalan desa tertimbun longsor. Kemudian longsor terjadi di Desa Pakembangan Kecamatan Garawangi yang menyebabkan ruas jalan Kuningan-Ciniru tertutup longsor. “Tidak ada korban jiwa dalam semua peristiwa tersebut,” kata Ucu. Longsor juga menerjang warga Dusun Bangbayang, Desa Bungurberes, Kecamatan Cilebak di akhir tahun lalu. Tercatat 12 rumah warga tertimbun longsoran tanah, dan beberapa lainnya mengalami keretakan dan ditinggalkan pemiliknya. Dalam penanganan bencana alam seperti longsor sendiri, kata Ucu, pihaknya langsung bergerak untuk menangani bencana longsor yang terjadi dan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti TNI, Satpol PP, maupun Tagana. Ucu juga mengungkapkan, secara geografis, geologis, hidrologis dan demografi, Kabupaten Kuningan memang memiliki tingkat kerawanan bencana longsor yang tinggi. Selain longsor, sejumlah daerah di Kabupaten Kuningan juga rawan banjir. Di antaranya, Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cimahi, Cidahu, dan Kuningan. Untuk menghadapi kerawanan kedua bencana tersebut, pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan. “Kami berharap seluruh unsur masyarakat pun selalu waspada, terutama dalam menghadapi puncak musim hujan,” katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: