Mundur, KA Tabrak Rumah, Balita Tewas
MALANG - Kecelakaan kereta api (KA) terjadi di Stasiun Kotalama Kota Malang siang kemarin (4/1). Empat gerbong KA Gajayana tanpa lokomotif menggelinding kencang dari Stasiun Besar Kota Malang menuju Stasiun Kotalama. Rangkaian gerbong yang meluncur dengan kecepatan sekitar 40 kilometer per jam itu baru berhenti setelah menabrak tiga rumah milik warga. Sebenarnya laju KA sudah diarahkan ke box penahan (area pembuangan KA dalam kondisi darurat) yang berada di sebelah utara ketiga rumah tersebut. Namun, box penahan tak kuat dan ambrol. Kereta pun terus meluncur menyeruduk rumah. Tiga rumah, satu diantaranya atapnya runtuh, adalah milik Misno (38), Jamil (50) dan Sutrisno (40). Ketiga rumah itu beralamat di Jl Simpang Peltu Sujono Ciptomulyo, Sukun, RT 11 RW 09 dengan urutan nomor 16, 18, dan 20. Akibat peristiwa ini, seorang bocah berusia 2,5 tahun bernama Muhammad Nur Rosyid tewas setelah sempat dirawat di RS Panti Nirmala. Putra Misno ini meninggal karena terkena reruntuhan bangunan rumah. Adiknya, M Riski (1,5) hanya mengalami luka lecet. Tak hanya korban jiwa, empat sepeda motor dan dua becak pun ringsek dilindas gerbong tanpa penumpang itu. Yakni, Yamaha Mio N 5877 AT, Honda 70 N 5214 GJ, Honda Super Cup N 3755 CJ, dan Honda Supra 125 yang tidak diketahui nopolnya. Hingga kemarin belum diketahui dengan pasti penyebab empat gerbong KA Gajayana itu meluncur bebas dari Stasiun Besar Kota Malang ke arah Stasiun Kotalama. Padahal jarak antar stasiun sekitar 2,5 kilometer dan terdapat dua jembatan, kelokan tajam, serta tiga palang pintu. ”Saya lihat sendiri empat gerbong tanpa lokomotif menabrak sepur badok itu (box penahan KA, red). Saya teriak sepur larat...sepur larat (gerbong yang melaju tanpa lokomotif, red). Memang tidak ada lokomotifnya,” kata ibu pemilik warung yang berjualan di dekat box penahan KA. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, empat gerbong yang menggelinding itu meluncur sekitar pukul 13.10 dari arah Stasiun Besar Kota Malang. Saat itu empat gerbong tersebut ada di jalur empat dan sedang diperbaiki. Tiba-tiba meluncur tanpa penghalang menyusuri rel. Bahkan, setibanya di perempatan Kotalama, palang pintu kereta tak sempat ditutup. Sebab, gerbong yang meluncur itu memang tak terjadwal. “Di perlintasan Kotalama tak sempat menutup pintu. Kebetulan saat itu kendaraan sepi,” kata Abdul Mujib, pemilik bengkel Ateng di perempatan Kotalama. Empat gerbong yang meluncur kencang itu menyusuri jalur utama yang menghubungkan Malang-Kepanjen. Karena empat gerbong itu bisa membahayakan laju KA Penataran dari arah Blitar yang bakal lewat Stasiun Kotalama dalam beberapa menit, jalur pun dipindah ke jalur pembuangan. Pengalihan jalur ke posisi aman itu dilakukan penjaga rumah sinyal, Ahmad Suyuti, atas perintah kepala Stasiun Kotalama. “Atas perintah KS (kepala stasiun) Pak,” kata Suyuti kepada polisi yang menginterogasinya. Para penghuni rumah di bantaran rel yang berdekatan dengan box penahan juga sedang sepi. Siang itu sebagian besar warga bekerja. Hanya beberapa penghuni yang ada di dalam rumah. Termasuk penghuni tiga rumah yang ditabrak rangkaian kereta. Menurut cerita Tanti (27) salah seorang putri Jamil, dia saat itu sedang menikmati makanan kenduri dari salah seorang tetangganya. Dia sedang asyik makan bersama ibunya, Zakiah, dan putri kecilnya berusia setahun, Dea. Sedangkan suaminya, Sutono (37) sedang bermain bersama salah seorang anaknya bernama Ibrahim. Keduanya bermain di dekat rel. Saat makan itu, Tanti terhenyak ketika mendengar teriakan peringatan dari tetangga. Suara teriakan itu disertai suara brak sesuatu menabrak beton penahan KA. “Awas, sepur larat. Sepur larat,” kenangnya mendengar teriakan tetangganya. Untungnya dalam beberapa detik Tanti langsung beranjak keluar rumah. Dia menggendong anaknya Dea dan menggandeng ibunya. Baru berlari dalam jarak 3 meter, rumahnya remuk dilindas rangkaian terdepan gerbong yang menggelinding itu. “Debunya langsung menimpa saya, Dea dan ibu. Untung saya tidak tidur. Gara-gara berkatan (makanan kenduri) itu saya bangun tidur. Kalau tidur mbok yo opo,” terang wanita berkacamata ini. Tanti pun langsung ingat anaknya Ibrahim yang tadinya bermain dengan suaminya. Untungnya ketika mengitari rumah dalam kondisi debu mengepul, Ibrahim dan suaminya selamat. “Ibra (sapaan Ibrahim) dan bapak selamat. Tetapi dalam kondisi ketakutan,” kata Tanti. Sedangkan di rumah Misno saat itu ada tiga orang. Yakni, Johan Pribadi (18), M Nur Rosyid (2,5), dan M Riski (1). Ketiga lelaki itu adalah kakak-beradik. Mereka bertiga sedang dalam posisi tidur saat kereta menabrak rumah mereka. Johan langsung bangkit dari tempat tidur begitu mendengar teriakan “sepur larat” dari beberapa tetangganya. Sayangnya, Johan kalah cepat dengan laju gerbong saat menyelamatkan Rosyid. Begitu hendak bangkit dan membawa dua adiknya, Rosyid tertimpa reruntuhan terlebih dahulu. Meski berhasil diselamatkan dari reruntuhan, namun akhirnya Rosyid meninggal di rumah sakit. Sedangkan di rumah Sutrisno, saat itu ada istri Sutrisno bernama Ny Tutik. Dia sedang makan saat ujung kereta terdepan mendorong separo atapnya dan menumpahkan puing-puing ke dalam rumahnya. Namun, dia berhasil selamat dari peristiwa itu. Beberapa menit setelah kecelakaan, pihak PT KAI langsung mengevakuasi dua gerbong penumpang eksekutif paling belakang. Yakni, gerbong bernomor K-1-09503 dan gerbong K-1-09501. Evakuasi itu dengan mudah dilakukan karena dua gerbong masih ada di atas rel. Sedangkan dua gerbong lainnya, yakni gerbong pembangkit BP 09504 dan gerbong penumpang K-1-01504 belum dievakuasi. Polisi memasang garis di dua gerbong yang belum bisa dievakuasi. Proses menarik dua gerbong itu tidak mudah karena hampir seluruh rodanya keluar rel. Situasi di lokasi kejadian hingga kemarin sore masih ramai. (yos/ziz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: