Ranjau Lubang Makin Dalam
MAJALENGKA – Kondisi ruas jalur tengah Cirebon-Bandung semakin memprihatinkan. Pasalnya, kondisi lubang kian lebar diameternya dan makin dalam akibat curah hujan beberapa hari terakhir ini intensitasnya cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan laju pengendara yang melintas tidak sampai melebihi 10 kilometer per jam. Pantauan Radar, di Desa Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi terlihat puluhan pengendara mengurangi kecepatannya akibat diperparah dengan banyaknya lubang di lokasi tersebut. Tidak jarang kemacetan pun tidak bisa dihindari akibat banyaknya warga yang menyeberang. “Ironis kondisi kedalaman lubang semakin parah belum juga diperbaiki. Minimalnya ditambal untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan khususnya pengendara sepeda motor,” tegas sopir truk Darwin, kemarin (28/1). Menurut Darwin, rusaknya jalan di jalur tengah setiap tahun ini perlu disoroti oleh pemerintah pusat. Pasalnya, setiap tahun atau memasuki musim penghujan jalan ini menjadi langganan rusak. Dirinya berpendapat perbaikan yang dilakukan setiap tahun semestinya tidak sering dilakukan karena menghambur-hamburkan anggaran. “Percuma saja kalau setiap tahun diperbaiki tetapi kualitasnya tetap saja buruk. Pemerintah harus segera ambil tindakan dan soroti proyek yang dilakukan setiap tahun ini,” pintanya. Warga Cisambeng, Erik juga mengaku tidak hanya kondisi jalan yang buruk melainkan infrastruktur lain seperti jembatan Cikeruh yang berada di perbatasan Desa Loji, Kecamatan Jatiwangi semakin memprihatinkan. Betapa tidak, konstruksi jembatan ini sudah bergelombang akibat besi penyangga jembatan sering ditambal. “Kalau lewat sini pasti harus mengurangi kecepatannya karena kondisi jalan tidak rata akibat lapisan aspal di tiap besi penyangga sangat tinggi. Kalau ini terus dibiarkan khawatir jalur utama ini berdambak buruk dan terancam putus,” ujarnya. Pengendara sepeda motor, Iman menyebutkan, tidak hanya dirinya yang melintasi jembatan tersebut harus ekstra hati-hati. Sejumlah pengguna jalan harus mengurangi kecepatan bila melewati jembatan bahkan bisa mencapai 5 kilometer per jam. Ironisnya, jalan yang diperbaiki pada tahun 1979 ini sama sekali belum tersentuh perbaikan secara total. Apalagi jika armada berat melintas kondisi jembatan terasa bergetar. “Kalau ngebut pasti bisa celaka, Mas. Karena aspal yang mengelupas sudah semakin tinggi. Ditambah hasil tambalan pada jalan tidak optimal. Tentunya ini berdampak buruk terhadap kelancaran arus lalu lintas,” tegasnya. Kekuatan konstruksi jembatan dimungkinkan terus berkurang. Ditambah semakin tingginya volume kendaraan yang melintas setiap harinya, terutama untuk jenis kendaraan berat. Sehingga beban jembatan semakin meningkat dan akhirnya kerusakan pada kontruksi jembatan dan jalan tidak bisa dihindari. “Masyarakat sudah cukup lama mengeluhkan kerusakan jembatan ini. Karena beberapa pengendara yang setiap hari melintas di jembatan itu, dan semakin lama dirasakan getarannya bertambah hebat. Sehingga tidak nyaman dilintasi pengguna lalu lintas,\" tandasnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: