Paling Modern, Paling Merana

Paling Modern, Paling Merana

CURITIBA - Ketika Brasil memilih 12 kota sebagai calon host Piala Dunia 2014, ada satu stadion yang diyakini bakal tak menghadapi masalah dalam pembangunannya. Stadion tersebut adalah Arena de Baixada yang terletak di Curitiba. Dibangun pertama kali pada 1999, stadion tersebut adalah yang paling modern di Brasil. Bukan cuma karena paling modern, faktor klub pemilik stadion tersebut juga jadi pendukung anggapan tersebut. Stadion itu menjadi kandang bagi Atletico Paranaense yang disebut memiliki manajemen keuangan yang baik dan sehat. Kota Curitiba yang dihuni imigran asal Italia, Jerman dan Eropa Timur juga dikenal memiliki kebijakan publik yang tenang dan memberi dukungan penuh. Nyatanya, anggapan itu keliru. Prediksi, setidaknya stadion selesai tepat waktu, jadi bahan tertawaan. Arena de Baixada jadi salah satu arena yang paling molor dari jadwal deadline pembangunan. Stadion itu berada dalam ancaman tercoret sebagai host Piala Dunia jika tak mampu meyakinkan FIFA bakal siap pada Juni mendatang saat diinspeksi pada 18 Februari. \"Manajemen klub seharusnya malu. Mereka punya kewenangan mutlak dan mengamatinya sepanjang waktu. (Tapi) Mereka tak cukup kuat mengambil langkah dan melakukan sesuatu,\" ungkap Marcos Malucelli, mantan presiden Atletico Paranaense. Malucelli kini menjadi salah satu pihak yang menentang Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia. Dia menilai, pihak pemerintah dan kota, serta FIFA harus ikut malu dengan keterlambatan yang terjadi di Curitiba. Waktu dan uang jadi akar dari krisis. Atletico terlambat melakukan renovasi stadion dan konstruksi berlangsung dalam proses yuang sangat lambat. Klub kesulitan mendapatkan dana dan itu membuat semuanya kian lambat. Selain itu, pangkal permasalahan yang memperparah keterlambatan ditemukan: Atletico memilih melanjutkan pembangunan dengan kekuatan sendiri dari pada menunjuk perusahaan konstruksi yang kuat di Brasil. \"Yang membuatnya salah adalah manajemen pengerjaannya. Ada banyak perusahaan konstruksi yang mengerjakan 11 stadion lain. Mereka juga punya struktur administrasi dan finansial. Atletico tak punya kekuatan ekonomi untuk membuatnya berjalan dengan baik,\" urai Reginaldo Cordeiro, Organizing Committee Piala Dunia di Curitiba. Dengan sisa waktu yang kian mepet, berbagai antisipasi sudah dilakukan untuk mempercepat pengerjaan konstruksi. Hal itu belum mengurangi pesimisme di Curitiba. Namun, pihak-pihak yang terlibat belum mau menyerah. \"Tak satu pun yang berpikir kota ini tak bisa menyelenggarakan Piala Dunia. Secara teknis, masih ada peluang akan siap tepat waktu. Tak satu pun yang melempar handuk tanda menyerah,\" tegas Cordeiro. (ady/ham)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: