Majalengka Butuh Bioskop

Majalengka Butuh Bioskop

MAJALENGKA-Puluhan tahun masyarakat Kabupaten Majalengka tidak bisa menikmati nonton film layar lebar di daerahnya sendiri. Ya, bagi sebagian warga Kota Angin yang ingin menonton serunya film Comic 8 misalnya di bioskop, mesti menuju ke kota tetangganya, Cirebon atau Sumedang, Bandung. Sangat ironis memang, kebutuhan hiburan ini tidak bisa dinikmati meski saat ini telah direncanakan bakal ada Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya gedung bioskop yang secara reguler memutar film film terbaru. Bahkan sudah bisa dibilang di Majalengka sudah tidak ada lagi bioskop, keberadaanya terakhir pada sekitar tahun 90 an. Ketua Masyarakat Parawisata Indonesia (MPI) Majalengka Dadan Taufik mengatakan, kondisi ini terjadi karena beberapa hal, di antaranya belum adanya lagi investor lokal maupun luar yang ingin menanamkan modalnya untuk membangun gedung bioskop pada waktu dekat ini. \"Warga Majalengka tiap akhir pekan malah ke Bandung atau Cirebon hanya sekadar ingin menonton film film terbaru. Secara tidak langsung kita kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dari pajak tontonan maupun retribusi lainnya,\" kata Dadan kepada Radar, kemarin (31/1). Dadan menambahkan, sudah sewajarnya bila Majalengka mempunyai tempat hiburan seperti bioskop. Sebagai kabupaten yang dekat dengan ibukota provinsi apalagi pemda tengah giat-giatnya membangun, masyarakat berhak mendapatkan hak layak informasi dan budaya. \"Padahal, dalam sebuah film terkandung nilai budaya (culture value) yang diperlukan masyarakat. Film juga menjadi bagian tak terpisahkan dari informasi yang menyampailkan berbagai bentuk dan hasil budaya dari masyarakat untuk masyarakat,\" tutur Dadan. Saban malam Minggu, lanjut Dadan, ratusan orang berkumpul di Alun-alun Majalengka. Entah apa yang dilakukan selain hanya nongkrong-nongkrong yang justru bisa menjadi indikasi munculnya berbagai tindak kejahatan yang menimbulkan keresahan masyarakat. \"Kalaupun di Majalengka terdapat pusat kegiatan masyarakat, itu hanya berupa kantung-kantung budaya yang dihidupkan oleh komunitas-komunitas. Sedangkan sarana hiburan umum yang seharusnya difasilitasi pemerintah, belum ada, ini sangat ironi. Ini harus menjadi tanggung jawab pemerintah dan pihak swasta yang dibantu seniman dan budayawan setempat,\" ujarnya. Sementara itu Herry Kurnia (40) warga Majalengka Kulon mengakui, dirinya sangat sedih dengan tidak adanya gedung bioskop di Majalengka. \"Padahal pada masa jayanya, yakni sekitar tahun 90an, Majalengka memiliki beberapa bioskop yang terbilang bagus. Seperti Galaxy yang punya dua studio, Istana Bintang, semuanya telah berubah fungsi menjadi toko,\" ungkap Herry. Herry menyebutkan, masih ada beberapa bioskop tempo dulu seperti Garuda, dan banyak lagi di sekitar Kadipaten, Jatiwangi maupun di Talaga. \"Kabarnya di Jatiwangi Square di dalamnya akan dibangun bioskop, tapi itukan masih lama, untuk sementara ini saya masih ke Cirebon untuk nonton film bersama keluarga,\" tutupnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: