Apakah Metode Parenting Zaman Sekarang Kebanyakan Teori dan Jadi Lembek kepada Anak?

Apakah Metode Parenting Zaman Sekarang Kebanyakan Teori dan Jadi Lembek kepada Anak?

Teori parenting zaman sekarang apakah membuat anak menjadi lembek.-Istimewa via Aqua-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM - Parenting berkembang sesuai dengan pemahaman manusia terhadap anak. Apakah terlalu banyak teori dan membuat anak jadi lembek? 

Menurut Hany Ferdinando, semua tergantung kepada orang tuanya. Jangan menyalahkan metode parentingnya.

Penulis tentang pendidikan dan penggiat media sosial itu mengungkapkan, jika orang tuanya memberlakukan screen time (batasan menggunakan gawai, komputer, dan hal-hal yang mengguanakan layar), apakah ortu juga ikut melakukannya? Jika screen time hanya untuk anak dan orang tua bebas, maka itu yang namanya teori.

Contoh lain katanya adalah mendidik anak untuk mau atau suka membaca. Bagus kan! Masalahnya orang tua tidak memberikan contoh sehingga anak juga tidak termotivasi. Ini juga yang namanya teori.

Menurut dia, hal-hal yang dianggap sebagai teori itu bisa jadi telah menciptakan generasi yang dianggap lembek ini. Anak tumbuh jadi pribadi yang tidak kuat menghadapi tantangan hidup. Sedikit terdesak sudah membuatnya menyerah.

BACA JUGA:Potret Ratusan Sepeda Listrik Hangus Terbakar Usai Kebakaran Gudang Toko Sepeda Planet Bike Cirebon

Satu hal yang dia amati adalah rasa sayang orang tua (ortu) yang berlebih telah menciptakan generasi ini. Ketika anak jatuh, biasanya respon ortu langsung panik. Hal ini memberikan sinyal kepada anak bahwa ortu selalu ada, padahal tidak demikian ketika dia sudah dewasa

Alam bawah sadarnya selalu mengatakan bahwa ada ortu yang menemani. “Ya ini memang seperti apa jatuhnya, kalau cuma tersandung dan lecet, tidak perlu terlalu khawatir…. kalau jatuh sampai patah tulang, ya sudah lain ceritanya,” ungkapnya.

Ada lagi, katanya, ketika anak mendapatkan tugas dari sekolah, tidak sedikit ortu yang ikut mengerjakan karena merasa kasihan dengan beban yang dipikul anaknya. 

Ini juga bisa relatif. Tetapi sikap ortu yang ikut mengerjakan tugas sekolah anak sepertinya bukan tindakan yang tepat. Bagaimana jika ortu melihat bahwa tugas ini tidak selevel dengan kelasnya anak?

BACA JUGA:'Tabur Tuai', Prinsip Hidup yang Layak Dijadikan Pegangan dan Dipertahankan

“Silakan datang dan berbicara dengan gurunya. Perhatikan, datang dan berbicara, bukan datang dan mendamprat guru,” begitu dia memperingatkan.

Anak yang ortunya selalu hadir menolong mengerjakan tugas kemungkinan besar tumbuh sebagai generasi yang dianggap lembek tadi. Besar kemungkinan ortu tidak ingin nilai anaknya turun dan tidak jadi juara, jadi ortu ikut mengerjakan tugas anak supaya nilainya bagus.

Bagaimana sikap ortu ketika anak salah mengambil keputusan? Ada yang langsung memarahi. Ini bisa jadi trauma dan anak takut mengambil keputusan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: