Disambut, Tapi Dipertanyakan

Disambut, Tapi Dipertanyakan

KESAMBI – Reaksi muncul pasca didefinitifkanya Prof Dr H Maksum Mukhtar MA menjadi rektor IAIN Syekh Nurjati. Wakil Ketua 1 Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Syekh Nurjati, Ibnu Abdillah mengatakan penetapan rektor tidak demokratis. “Ada yang tidak demokratis dalam pembentukan (penetapan) rektor definitif yang baru dilantik kemarin,” ujarnya, Minggu (9/1). Menurut dia, selama proses penentuan, organisasi kemahasiswaan tidak dilibatkan. Baik DEMA, SEMA, UKM sampai HMJ. Kemudian tidak diindahkannya pertimbangan dari guru besar IAIN, padahal sebenarnya yang direkomenadasikan bukan Prof Dr H Maksum Mukhtar MA. “Rekomendasi guru besar itu bukan yang definitif sekarang,” katanya kepada Radar di kampus. Berbeda dengan Senat Mahasiswa, Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Aditya Oktavianto, menyambut baik ditetapkanya rektor definitif. “Mahasiswa senang IAIN mempunyai rektor definitif, dan rektor secepatnya membenahi kampus yang sekarang masih labil. Mohon ketegasan rektor untuk bertindak tegas terhadap dosen yang tidak memberikan mata kuliah kepada mahasiswa,” ucap mahasiswa semester VIII ini. Adit, juga meminta kepada rektor untuk memperhatikan mahasiswa yang berprestasi, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Mahasiswa Prodi Matematika ini, juga menyesalkan sikap Kementerian Agama yang dalam proses pemilihan rektor terkesan tertutup dan sarat muatan politis, menciderai nilai-nilai demokrasi kampus. “Pemilihan rektor ibaratnya habis terang terbitlah gelap. Jika dalam proses penjaringan bakal calon rektor sampai dipublikasikan melalui berbagai media, tetapi pada saat penetapan kemenag terkesan sangat tertutup,” ungkapnya. Senada, Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Prof Dr H Abdullah Ali, menyatakan, seluruh civitas akademika IAIN menyambut baik didefinitifkannya Prof Dr H Maksum Muchtar sebagai rektor, karena polemik untuk memperebutkan orang nomor satu di IAIN Cirebon yang hampir satu tahun, telah usai. Namun demikian, di sisi lain, Prof Dr Abdullah Ali ini menyatakan, guru besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon hingga sekarang masih mempertanyakan Kementerian Agama (Kemenag), yang tidak menyebutkan secara detail tentang proses pengangkatan rektor definitif IAIN Syekh Nurjati Cirebon. “Sampai sekarang yang masih janggal di kalangan guru besar, ialah proses pengangkatan rektor definitif oleh Kemenag yang tidak transparan. Ibaratnya IAIN sekarang ada api dalam sekam,” paparnya. Dia juga mempertanyakan fungsi guru besar yang secara otomatis menjadi senat kampus, aspirasinya tidak didengar oleh kementerian agama. “Seharusnya Menteri Agama mempertimbangkan guru besar sebagai representasi senat dalam proses pemilihan rektor. Sepertinya IAIN Cirebon dijadikan kelinci percobaan oleh kemenag,” bebernya. Dia meminta Rektor IAIN Cirebon yang baru untuk memiliki komitmen membesarkan kampus, dan tidak membeda-bedakan golongan, baik dari NU, Muhammadiyah, HMI maupun PMII. “Sekarang masih wait and see, dan mudah-mudahan rektor definitif baru berkomitmen untuk tidak melihat golongan,” tukasnya. Dosen Fakultas Syariah Sugianto SH MH menilai dengan telah dilantiknya Prof Maksum menjadi rektor definitif, pelayanan mahasiswa menjadi jelas. Karena rektor definitif memiliki hak prerogatif untuk menetapkan strukturnya tanpa harus diusulkan kepada Kementerian Agama RI. “Lambatnya bulan Februari, manajemen kampus bisa definitif hingga fakultas, agar pelayanan kepada mahasiswa menjadi jelas,” terangnya melalui sambungan telepon. (hen/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: