Wakil MHQ Saudi Hadiri Muludan Ponpes Khusnul Khotimah

Wakil MHQ Saudi Hadiri Muludan Ponpes Khusnul Khotimah

JALAKSANA - Selain asrokolan, perayaan muludan di Ponpes Husnul Khotimah terasa spesial. Pasalnya, wakil Indonesia dalam lomba MHQ Internasional di Arab Saudi, Ananda Tholib hadir dalam acara itu. Bahkan peraih peringkat ke 6 tersebut dipersilakan panitia untuk bertindak sebagai tilawah. Asrokolan itu sendiri dibacakan Ustad Anas. Ada pula tokoh Desa Manis Kidul, H Nono Sudana dan Ustad Imam Nur Suharno. Dengan dihadiri KH Abdul Aziz AN, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di kompleks ponpes pun berlangsung khidmat. KH Mu’tamad Lc Alhafidz selaku ketua yayasan menyampaikan sambutan yang cukup membuka khasanah berpikir para santri dan tamu undangan. Dia mengulas kembali tentang sosok nabi Muhammad yang harus dijadikan teladan dan panutan bagi umatnya. Ungkapan Mu’tamad selaras dengan tema yang diusung dalam acara tersebut. “Nabi Muhammad adalah sebagai sebuah figur insan kamil manusia yang sangat sempurna. Salah satu seorang syair mengatakan, Muhammad adalah manusia biasa tapi bukan seperti manusia biasa. Seutamanya beliau seperti batu yuqut yang sangat mahal harganya. Sedangkan kita adalah seperti pasir biasa yang tidak ada harganya,” papar Mu’tamad. Seluruh perjalanan hidup Rasulullah, lanjutnya, dicurahkan untuk mencintai umatnya. Itu bisa dilihat dalam dua hal yakni ketika ajal menjemput dan ketika mengadu kepada Allah. “Saat ajal menjemput, yang disebut Rasulullah, ummati ummati ummati. Kemudian beliau mengadu kepada Allah diabadikan dalam surat Al Furqon 30, Tuhanku aku kuatir umatku menjadikan Al Qur’an sesuatu yang ditinggalkan,” ungkap Mu’tamad. Ia juga menjelaskan tentang askrokolan atau barzanji (adiba) yang kerap dilakukan umat Nabi Muhammad. Isi dari askrokolan tersebut bentuk pujian atau bersalawat kepada Rasulullah. Kemudian bagaimana perjalanan nabi semenjak dilahirkan sampai wafat. Syair ini, lanjut Mu’tamad, sering dibaca masyarakat dengan isi yang sangat bagus. Namun perlu ada pembelajaran lebih dimana tidak hanya dibaca semata. “Itulah sirah Rasulullah yang diabadikan dalam bentuk prosa yang sangat bagus. Ada juga yang berbentuk syair. Mudah-mudahan dengan mempelajari sirahnya, akan tumbuh kecintaan yang dalam kepada baginda Rasulullah SAW,” harapnya. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: