Waspada! Bakteri Salmonella Terdapat dalam Telur, Bisa Berbahaya Jika Cara Memasaknya Tidak Benar
Hasil penelitian Fakutlas Kedokteran UGM menembukan bakteri Salmonella dalam telur yang dijual disejumlah supermarket. Foto: -Pixabay-
YOGYAKARTA, RADARCIREBON.COM - Bakteri Salmonella yang bisa menyebabkan penyakit yang berujung pada kematian terdapat dalam telur yang diperjualbelikan di supermarket Indonesia.
Hal ini berdasarkan hasil penelitian dan studi terbaru Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FK-UGM) belum lama ini.
Dalam studi itu, para peneliti menguji sebanyak 160 telur dari gerai ritel dan dari peternakan di Yogyakarta.
Hasilnya, sebanyak 87,5 persen dari telur yang diuji, dinyatakan positif terkontaminasi strain Salmonella yang resisten terhadap bakteri oksitetrasiklin.
BACA JUGA:Dunia Harus Bertanggungjawab, Butuh Uang Segini untuk Pulihkan Palestina dari Serangan Israel
Bakteri tersebut berfungsi antibiotik penting yang digunakan untuk pengobatan terhadap berbagai kondisi, seperti demam, malaria, infeksi saluran pernapasan, dan jerawat.
Lebih memprihatinkan lagi, penelitian ini juga menemukan terdapat telur, termasuk di bagian dalam telurnya, yang mengandung bakteri superbug yang resisten terhadap beberapa obat, disebut dengan istilah multi-drug resistance.
“Kami cukup prihatin dengan temuan ini, yang juga menunjukkan bahwa peternakan telur di Indonesia kemungkinan masih menggunakan antibiotik secara tidak bertanggung jawab," kata Aisah Nurul Fitri, Manajer Kesejahteraan Hewan di Act for Farmed Animals, koalisi organisasi perlindungan hewan Animal Friends Jogja dan NGO internasional Sinergia Animal, dalam keterangannya resminya, Jumat 3 November 2023.
Telur yang terkontaminasi bakteri Salmonella, lanjut dia, dapat membuat orang sakit jika tidak dimasak dengan baik, atau jika mengontaminasi permukaan lain dan menyebar ke bahan pangan lain.
BACA JUGA:Semoga Bermanfaat, Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina Akan Dikirim Hari Ini
Dia menyebutkan infeksi oleh Salmonella yang resisten terhadap antibiotik pada manusia dapat menyebabkan tingkat rawat inap bahkan kematian yang lebih tinggi.
Bakteri yang resisten merupakan ancaman kesehatan publik yang salah satunya disebabkan oleh penyalahgunaan antibiotik dan obat antimikroba lainnya di sektor peternakan.
"Setidaknya 700 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit infeksi bakteri resisten ini," terangnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di berbagai negara peternakan menggunakan hingga 80 persen antibiotik penting dalam dunia medis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: reportase