Semoga! Militan Hamas dan Militer Israel Hampir Sepakat Gencatan Senjata

Semoga! Militan Hamas dan Militer Israel Hampir Sepakat Gencatan Senjata

Situasi permukiman warga Palestina yang porak-poranda di dekat Jalur Gaza, pasca serangan oleh pesawat tempur Israel. Operasi Badai Al Aqsa telah memicu eskalasi pertempuran antara Hamas dan Israel.-Motaz Azaiza via Eye on Palestine-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM – Konflik berdarah antara faksi Hamas Palestina dengan militer Israel sebentar lagi mencapai perjanjian gencatan senjata, Selasa 21 November 2023.

Para pejabat Hamas hampir mencapai persetujuan tidak saling serang dengan Israel dan kelompok tersebut telah menyampaikan tanggapannya kepada mediator Qatar, kata Ismail Haniyeh dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters.

Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut, namun seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa negosiasi dipusatkan pada berapa lama gencatan senjata akan berlangsung.

Pengaturan pengiriman bantuan ke Gaza, dan pertukaran sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dengan tahanan Palestina di Israel.

BACA JUGA:Bertemu ASN di Kecamatan Pabedilan, Bupati Imron Minta Aparatur Pemerintah Berinovasi

Kedua belah pihak akan membebaskan perempuan dan anak-anak dan rinciannya akan diumumkan oleh Qatar, yang menjadi penengah dalam negosiasi tersebut, kata pejabat tersebut, Issat el Reshiq.

Israel umumnya menghindari memberikan komentar mengenai status perundingan yang dipimpin Qatar.

Televisi Channel 12 Israel mengutip sumber senior pemerintah yang tidak disebutkan namanya dan mengatakan mereka sudah dekat namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Mirjana Spoljaric, presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), bertemu Haniyeh di Qatar pada hari Senin untuk mengajukan masalah kemanusiaan terkait konflik tersebut, kata ICRC yang berbasis di Jenewa dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA:Hasil Akhir Filipina 1-1 Indonesia, Skuad Garuda Jadi Juru Kunci Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026

Dia juga bertemu secara terpisah dengan pihak berwenang Qatar.

ICRC mengatakan pihaknya bukan bagian dari perundingan yang bertujuan untuk membebaskan para sandera, namun sebagai perantara yang netral, ICRC siap memfasilitasi pembebasan di masa depan yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Pembicaraan mengenai kesepakatan penyanderaan telah beredar selama berhari-hari.

Pekan lalu bahwa mediator Qatar sedang mengupayakan kesepakatan bagi Hamas dan Israel untuk menukar 50 sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata tiga hari yang akan meningkatkan pengiriman bantuan darurat ke warga sipil Gaza, mengutip seorang pejabat yang mendapat penjelasan tentang pembicaraan tersebut.

Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat Michael Herzog mengatakan di ABC Minggu Ini pada hari Minggu bahwa ia mengharapkan kesepakatan dalam beberapa hari mendatang.

BACA JUGA:Bawaslu RI Panggil Panitia Deklarasi Prabowo-Gibran yang di Hadiri Kades dan Perangkat Desa

Sementara Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani mengatakan bahwa poin-poin penting yang tersisa sangat kecil.

Presiden AS Joe Biden dan pejabat AS lainnya mengatakan pada hari Senin bahwa kesepakatan sudah dekat, namun kesepakatan sudah tampak hampir tercapai sebelumnya.

“Negosiasi sensitif seperti ini bisa gagal pada menit-menit terakhir, tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati,” kata wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jon Finer dalam program Meet the Press NBC pada hari Minggu.

Sejak itu, pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan setidaknya 13.300 warga Palestina telah dipastikan tewas.

BACA JUGA:Terus Berinovasi, Kini Pembaca Radar Cirebon Bisa Baca Koran Secara Digital

Termasuk setidaknya 5.600 anak-anak, akibat pemboman Israel yang telah mengubah sebagian besar Gaza, terutama bagian utaranya, menjadi gurun.

Sekitar dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah kehilangan tempat tinggal, dan ribuan orang setiap hari masih berjalan kaki ke selatan dengan membawa barang-barang dan anak-anak di gendongan mereka.

Bagian tengah dan selatan daerah kantong tersebut, tempat Israel memerintahkan mereka untuk pergi, juga sering diserang. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase