Majalengka Endemis DBD

Majalengka Endemis DBD

MAJALENGKA - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majalengka H Alimudin SSos MM MKes menyatakan, secara letak geografis Majalengka merupakan daerah endemis penyebaran penyakit demam berdarah dangue (DBD). Bahkan, kata dia, saat ini kawasan yang berpotensi menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk aedes aegepty yang merupakan sumber penyakit DBD ini, sudah hampir merata di semua kawasan Kabupaten Majalengka. Alimudin mengakui jika memang pada tahun-tahun sebelumnya, kawasan endemis DBD hanya berkisar di antara daerah-daerah dataran rendah saja, seperti di kawasan utara Kabupaten Majalengka. Karena menurutnya, di daerah utara yang merupakan hilir dari aliran air, sering terdapat saluran drainase yang menggenang dan menjadi tempat bersarangnya nyamuk aedes agepty. Namun, Kadinkes mengaku jika pemetaan wilayah dataran rendah sebagai daerah endemis DBD, saat ini sudah tidak berlaku lagi, seiring dengan ditemukannya sejumlah kasus terjangkitnya penyakit DBD yang dialami oleh warga di kawasan dataran tinggi. \"Kalau dulu memang daerah endeminya cuma di kawasan hilir, daerah sebelah utara Majalengka yang termasuk dalam kategori dataran rendah. Tapi sekarang sudah merambah ke wilayah selatan Kabupaten Majalengka. Pada kawasan selatan kebanyakan merupakan pegunungan dataran tinggi yang kini juga berpotensi terserang wabah endemis DBD,\" kata Kadinkes kemarin. Padahal, sambung dia, berdasarkan teori medis, daerah yang notabene dataran tinggi atau 1.000 meter di atas permukaan laut (MDPL), nyamuk aides aegepty ini tidak bisa hidup dan berkembang, diakibatkan hawa yang dingin, serta jarang ada genangan air karena mengalir ke dataran yang lebih rendah. \"Setelah kita evaluasi, ternyata yang paling berpengaruh menjadi penyebab timbulnya penyakit DBD ini, karena faktor masyarakat itu sendiri yang kurang memperhatikan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat),\" ujarnya. Mengantisipasi penyebaran lebih luas, pihaknya sudah melakukan usaha pencegahan secara maksimal dengan cara memfogging kebeberapa daerah yang merupakan endemis penyebaran DBD. Namun keterbatasan dana yang ada, menjadikan proses fogging ini belum menyentuh semua kawasan yang dikategorikan endemis. Sebenarnya, lanjut dia, fogging bukan merupakan solusi akhir dalam memberantas penyebaran virus nyamuk aides aegepty. Yang terpenting dalam melakukan pemberantasan penyebaran DBD ini diperlukan kewaspadaan bersama dari masyarakat dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M di sekitar lingkungannya. \"Dan yang penting lagi, masyarakat mesti terus membiasakan diri untuk menerapkan pola PHBS dalam aktivitas di lingkungannya, karena pencegahan lebih efektif ketimbang mengobati,\" imbuhnya. Dia menambahkan, pihaknya juga telah mengirimkan imbauan lewat surat edaran bupati Majalengka, ke seluruh instansi kecamatan, puskesmas, desa/kelurahan, agar masyarakat senantiasa waspada akan potensi terjangkitnya DBD, terlebih di tengah puncak musim penghujan saat ini. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: